Rabu, 04 Desember 2013

Menghiasi Manusia Batiniah


Nats: 1 Petrus 3:4,
“tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”

Pendahuluan :
Keindahan Perhiasan Natal sepertinya sudah menjadi suatu kewajiban yang harus ada disaat Hari Natal tiba. Aneka Hiasan Natal banyak diburu untuk menghiasi pohon natal atau bahkan untuk memberikan kado natal bagi handai taulan. Keindahan perhiasan, aksesori, dekorasi ini memang bagus dan sudah semestinya menjadi warna dari rasa sukacita kita semua didalam merayakan Natal. Inilah bentuk rasa syukur atas anugerah Allah yang dinyatakan-Nya bagi kita semua yang percaya kepada-Nya dan yang telah diwujudkan-Nya dengan hadirnya Juru Selamat, Penebus dosa manusia. 

Namun sukacita natal yang kita nikmati ini tentu terasa belumlah cukup apabila sukacita natal kali belum menjadikan suatu sukacita yang dapat ”dinikmati” oleh Allah sendiri sebagai Sang Pemilik hidup kita. Masih ada yang semestinya juga tidak boleh diabaikan oleh setiap kita yang tentunya mengasihi Tuhan, yakni ”Menghiasi Manusia Batiniah” ini. Sebab ketika kita mengekspresikan rasa syukur kita atas natal dan ketika kita dapat mempersembahkan Keindahan batin ini, yaitu suatu keindahan yang ada di dalam batin dan saya percaya keindahan batin ini memiliki daya tarik yang sangat tinggi bagi Allah. 

Kebiasaan tampil menawan dan mempesona adalah kerinduan kebanyakan dari setiap orang Kristen diseluruh penjuru dimuka bumi ini sekalipun, terutama pada saat mengeksplore perayaan Natal. Sayangnya ada kecenderungan tentang hal itu ketika dilakukan dengan cara yang lebih bersifat lahiriah dan yang hanya merupakan ”bungkusan” saja, bukan isinya.- Pakaian seragam yang indah, mahal, model terbaru atau perhiasan yang mahal, atau bentuk perayaan yang diusahakan sempurna, gaya hidup yang mempesona, aroma acara yang menggairahkan, dll. Memang dengan hal-hal tersebut orang lain bisa saja terpesona dan berdecak terkagum-kagum. Akan tetapi pertanyaannya adalah: ”Apakah di balik hal-hal yang lahiriah atau hanya bungkusan itu ada jiwa batin yang juga mempesona?  Yang dapat menjadikan Allah kagum atas kehidupan kita?”

Saya berharap bahwa Perayaan Natal 2013 kali ini kita lebih mengajarkan kepada kita untuk mengawasi dan mewaspadai diri kita sendiri agar tidak hanya mengutamakan hal-hal yang lahiriah yang hanya bersifat bungkusannya saja, tetapi lebih daripada itu kita harus lebih mengutamakan isinya yaitu hal yang bersifat batiniah.- Baca Nats : 1 Petrus 3:4, “tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”

Berbicara mengenai menghiasi manusia batiniah, rasul Petrus tidak bermaksud menyepelekan hal-hal yang bersifat lahiriah, bungkusan, dan aksesoris tersebut. Yang hendak dikatakan Petrus adalah agar orang percaya jangan hanya mengutamakan “Kemasan” saja dan menyepelekan “isi.” Artinya, kita memang harus menjaga penampilan. Akan tetapi kita juga perlu menjaga hati nurani, batin, dan iman kita. Alangkah baiknya kalau kita tampil menawan dan mempesona karena “hati nurani yang bijak dan batin yang jernih”. Orang mengagumi kita karena tutur kata dan sikap kita elok, walaupun mungkin penampilan kita, pakaian kita, kendaraan bermotor kita sangat sederhana. Keberhasilan kita di bidang jasmani, sangat ditentukan dalam bidang rohani.  Banyak orang-orang yang gagah perkasa dan luar biasa, tetapi ketika hati dan batin mereka keropos maka kehidupan mereka akan sangat mudah hancur.

Batin Kita Harus Dibersihkan
Pada saat kita jatuh dalam dosa, maka batin kita menjadi rusak dan kita tidak punya kemampuan untuk berhubungan dengan Tuhan dan kehilangan “Kemuliaan Allah” (Roma 3:23).-
Ibrani 9:14 “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”
Hanya melalui darah (pengorbanan) Yesus yang bisa membersihkan batin dan roh kita dari dari dosa.

Batin Kita Harus Diberi Makan
Matius 4:4Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Ada 2 jenis makanan, yaitu roti sebagai makanan jasmani, dan makanan rohani yaitu setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Jika kita memberi makan jasmani kita setiap hari, maka kitapun harus memberi makan rohani kita setiap hari. Yohanes 4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Untuk mengerti bahwa kita sedang melakukan kehendak Allah adalah ketika kita lebih kepada menyegarkan Dia daripada segala sesuatu yang ada di dunia ini. Apakah kita rela menunda makanan demi kepentingan pelaksanaan kehendak Allah? Apakah kita rela menunda kepuasan jasmani, supaya kita dapat menikmati kepuasan rohani? Apakah kita rela menunda usaha untuk memperkayakan diri kita, untuk memperoleh "upah" sorgawi?

Roma 12:2 ”janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu bisa bedakan manakah kehendak Allah, apa yg baik, yang berkenan dan yang sempurna.”
Kehendak Tuhan ada tiga: 1. baik, 2. berkenan, (bisa diterima), 3. sempurna

Batin Kita Harus Diperbaharui
Rohani kita bisa mengalami kemunduran, tetapi rohani jugabisa diperbaharui sehingga kita makin maju dan makin kuat dalam Tuhan. (2 Korintus 4:16 -17)
4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Jika kita berhasil menghiasi manusia batiniah kita sebagaimana hal di atas, maka :
Manusia Batiniah Dapat Melihat
Roh yang tadinya lemah akan menjadi kuat, jika roh jadi kuat maka penglihatan rohani juga menjadi kuat.
Efesus 3:8 “Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,”

Manusia Batiniah Dapat Mendengar
Matius 13:9 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Pada akhir zaman ini penuh dengan suara, suara yang membingungkan dan nasihat yang menyesatkan, tetapi jika kita punya roh yang hidup dan bangkit, kita akan mendengar suara Tuhan.

Manusia Batiniah Dapat Merasakan
Mazmur 34:9 “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”
Jika kita mampu menghiasi manusia batiniah kita, maka kita senantiasa akan merasakan dan menikmati kebaikan Tuhan yang luar biasa.

Implikasi :
Mendandani/menghiasi manusia batiniah adalah suatu komitmen kita kepada Allah untuk membangun pengertian (mind-set) kita mengenai nilai-nilai kehidupan sesuai (seturut) dengan sudut pandang Tuhan (kehendak Allah) dan menyelesaikannya sampai kepada inti dari rencana Allah atas hidup kita yaitu Kehendak Tuhan yang baik, berkenan, (bisa diterima), dan sempurna.-



Kamis, 06 September 2012

Betlehem, Kota Kecil Yang Istimewa


 
Tanyakan kepada siapa saja yang merayakan Natal, “Dimana bayi Kristus dilahirkan?” maka Anda akan mendapatkan jawaban pasti, Betlehem. Lagu Natal seperti “O Little Town of Betlehem” begitu terkenal dan dikenang.

Namun apa yang membuat Betlehem, sebuah kota kecil dan berdebu begitu penting sehingga dipilih untuk momen istimewa itu? Dalam bahasa Ibrani, Betlehem artinya “Rumah Roti.” Telah dinubuatkan bahwa Mesias, “Roti yang dikirim dari sorga untuk memberi makan jiwa manusia,” akan dilahirkan dari keturunan Raja Daud. Dia juga akan lahir di kota yang sama dimana Daud memerintah atas Israel, Dia lahir di Betlehem!

Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. ~ Mikha 5:2

Domba-domba mengembik di padang rumput Betlehem. Migdal Eder, atau menara pengintai The Tower of the Flock adalah tempat dimana domba-domba untuk korban bakaran dilahirkan dan dibesarkan. Setiap domba jantan sulung dari daerah Betlehem telah dikuduskan dan dipisahkan untuk di korbankan di Yerusalem. Generasi demi generasi gembala berdiam di bukit suci itu. Mereka adalah kelompok yang terbiasa dengan udara dingin dan tinggal sendirian di padang rumput. Sebagai pelindung para domba, mereka siap mengorbankan nyawanya untuk menjaga kawanan ternaknya dari serangan binatang buas.. atau tersesat dan terjatuh di tebing batu.

Setelah memberikan hidup mereka bagi kawanan ternaknya, para gembala akan memisahkan domba-dombanya, memilih hanya domba jantan yang sulung yang tanpa cacat untuk dibawa ke Yerusalem. Disana, domba itu akan dijual kepada mereka yang akan melakukan korban penebusan dosa. Di gunung yang sama dimana Abraham akan mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, domba itu akan dicurahkan darahnya dan mati sebagai korban penebusan. Siklus ini terjadi tanpa akhir.

Tetapi ketika Kristus datang kedunia ini, semua itu berubah:

Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." ~ Ibrani 10:5-7

Yohanes Pembabtis menyatakan bahwa Yesus bukan hanya “Anak Allah” (Yohanes 1:34), tetapi juga “Domba Allah” (Yohanes 1:36).

Domba sulung Allah telah mengobankan nyawa-Nya sebagai ganti atas dosa seluruh umat manusia – satu pengorbanan yang sempurna yang hanya satu kali, dan dilakukan oleh Allah Bapa sendiri.

Dimana lagi “..Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” akan lahir jika bukan di Betlehem, ditengah-tengah kawanan domba yang telah dikuduskan.

Tetapi bagaimana Domba Allah itu tiba adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan. Telah bertahun-tahun dinantikan kedatangan seorang Mesias yang akan membalas semua kejahatan dunia.

Bertahun-tahun menantikan runtuhnya penguasa yang lalim… dan menantikan Dia yang akan menjadi Raja selamanya. Selama bertahun-tahun menanti itu.. tidak seorangpun melihat titik terang.

Dan ketika Mesias itu telah datang, siapa di Israel yang tahu? Hanya segelintir orang yang menyadari keajaiban-Nya, dan sebagian besar dari mereka adalah orang biasa – para gembala yang sederhana dari Betleham.

Mengapa Mesias memilih tempat itu, dan mengapa para gembala yang pertama menyambut-Nya? Bahkan hal ini sudah masuk dalam rencana-Nya yang kekal.

Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN. Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. ~ Yeremia 23:4-5.

Raja segala raja telah datang ke kota kecil Betlehem, Kota Daud, kota para gembala. Tempat di mana domba untuk persembahan di lahirkan dan dibesarkan. Dia diletakkan di sebuah palungan. Dia adalah Yesus Kristus, sang Mesias.

Arti Kelahiran Yesus

Nats: Matius 2:1-2 
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem   dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Kelahiran Yesus ke dunia ini telah membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Orang Majus dari Timur datang ke Yerusalem untuk menyembah DIa, Herodes melakukan pembunuhan terhadap  anak-anak usia 2 tahun ke bawah dengan maksud untuk membunuhNya(Matius 2:6), gembala-gembala di padang bersuka cita menyambut kedatanganNya (Lukas 2:28) dan lain sebagainya. Semua nubuatan para nabi mengenai kelahiran sang Juruselamat telah digenapi. Terjadi perubahan yang drastis, yang baik tambah baik dan yang jahat tambah jahat.
 
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apakah kelahiran Yesus memiliki makna yang cukup berarti bagi hidup kita? Apakah kelahiran Yesus di dalam hidup kita telah membawa perubahan dalam sikap, perilaku dan cara pandang kita terhadap kehidupan ini? Mungkin kita berkata : “Yesus telah lahir dalam hidupku”, tetapi kita masih hidup seperti masa lalu, mabuk-mabukan, suka berjudi, main perempuan, suka mencuri, menipu dan lain sebagainya.

 
Bilamana Yesus telah lahir dalam hidup kita, maka perubahan pasti terjadi sebab kelahiran Yesus adalah bermakna perubahan. Dosa telah dihapuskan, keselamatan telah diberikan, memulai hidup baru dan semua manusia yang menerima Dia adalah ciptaan baru. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2Kor 5:17). 
Kalau kita mengaku telah menerima Dia dan Yesus telah lahir dalam hidup kita, tetapi kelakuan dan cara pandang belum berubah, maka kita sudah berdusta. Hidup di dalam Yesus berarti kita telah meninggalkan manusia lama dan menganggap semua masa lalu adalah sampah.(Filipi 3:7). 
Kejayaan, kekayaan, ketenaran, jabatan yang tinggi dan lain-lain bukanlah kebanggaan bagi orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kelahiran Yesus telah membawa perubahan terhadap hidup manusia dan Dialah harta yang paling tertinggi nilainya bagi orang yang menerima Dia. Inilah makna sesungguhnya dari kelahiran Yesus ke dunia ini dan di dalam hidup kita semua. Sudahkah Yesus lahir dalam hidup kita?

Hari Natal Yang Disyukuri Dan Digugat

Nats :Lukas 2:10-14;202:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Pendahuluan:

Sekalipun ada yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan pernah tinggal di Yudea dan lahir di Betlehem yang dikenal sebagai peristiwa Natal, sejarah dunia mencatat bahwa itu terjadi sekitar tahun '0' dalam penanggalan Gregorian yang dikaitkan dengan kelahiran Yesus. Bukan tanpa arti kalau dunia mengakui bahwa sebelum tahun '0' disebut sebagai BC (Before Christ) dan sesudahnya disebut AD (Anno Domini = Tahun Tuhan) atau bila digabung mengungkapkan bahwa Yesus adalah 'Kristus dan Tuhan.'
Sekalipun ada usaha menghilangkan arti religious dari 'BC' yang diganti BCE (Before Common Era) dan 'AD" diganti CE (Common Era), namun baik siaran  internasional Discovery, BBC, maupun National Geographc masih sering menggunakan istilah 'BC' dan 'AD.' 

Hari Natal Pertama

Hari Natal pertama tercatat secara jelas dalam Kitab Injil Matius 1:18-2:11 dan Lukas 2:1-20, peristiwa mana terjadi ketika kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus dimana penduduk harus mendaftar ulang di tempat asal kelahiran mereka. Dari sejarah kita mengetahui bahwa kaisar Agustus memerintah sekitar tahun 30sM - 14M. Namun, kapan ia mengadakan sensus?
Dari data Alkitab kita mengetahui bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, Yudea diperintah oleh raja Herodes Agung (37 - 4sM) yang kejam bahkan sampai hati ia memerintahkan membunuh bayi-bayi di Betlehem (Mat.2:16-18). Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa waktunya tidak lebih lambat dari tahun 4sM, dan
karena Herodes meninggal tidak lama setelah kelahiran Yesus, maka kemungkinan Yesus lahir antara tahun 6 - 4sM, dan bukan pada tahun 0 Gregorian. 

Sekarang, pada tanggal dan bulan apa Yesus dilahirkan? 

Benarkah seperti yang dikatakan tradisi gereja yang menyebut tanggal 25 Desember? Kelihatannya
bulan dan tanggal itu tidak tepat, soalnya pada bulan Desember - Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh kembali ke kota kelahiran dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil besar juga mesti melakukannya. Namun, kalau bukan bulan Desember bulan apa?
Ada pendapat selain bulan Desember itu, yaitu dikemukakan bahwa Yesus dilahirkan kemungkinannya di bulan Mei-Juni karena iklimnya menunjang.
Berdasarkan Lukas 1:26 dimana dikatakan: "Dalam bulan yang keenam Allah  menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret."
Berdasarkan hal ini ada yang mengatakan karena di jaman Yesus bulan pertama itu bulan Maret, maka 6 bulan ke depan berarti bulan Agustus. Dari Agustus hitung 9 bulan Yesus dikandung maka jatuh antara bulan Mei-Juni. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada bulanTishri (September -
Oktober) yaitu pada hari Raya Pondok Daun, dimana iklimnya juga menunjang.
Argumentasi ini didasarkan waktu penugasan imam besar Zakharia masuk ke Bait Allah adalah sekitar bulan Siwan (Mei - Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun. Lalu mengapa diadakan pada tanggal 25 Desember?

Umat Kristen abad pertama tidak merayakan hari Natal, bagi mereka kekristenan berpusat pada rangkaian pengajaran Yesus, perjamuan malam menjelang hari penyaliban, dengan puncak kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai hari Paskah. Sejak abad-3 gereja Timur (Orthodox) merayakan hari 'Epifani' (manisfestasi) pada tanggal 6 Januari untuk merayakan hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan yang sekaligus mencakup peringatan akan kelahiranNya. Perayaan Epifania masih dirayakan gereja Timur hingga kini dengan memberkati air baptisan dan sungai Yordan. Di gereja Barat, hari Epifani juga dirayakan untuk mengingat kunjungan para Majus, dan  untuk mengenang peristiwa sekitar manifestasi kelahiran Yesus di Betlehem.

Mengapa 25 Desember ?

Pada tahun 274, di Roma kaisar Aurelius menetapkan dimulai perayaan hari kelahiran Matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju Matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa kaisar Konstantin, banyak orang Kristen baru di Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan 'kelahiran Matahari' itu menjadi perayaan 'kelahiran Matahari Kebenaran' dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan 'Natal' sebagai pengganti perayaan 'Epifani' pada tanggal 6 Januari. Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang menjadi raja Kristen. 

Perayaan Natal pada tanggal 25
 
Desember kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain.
Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa Matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa Matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser perayaan tanggal 6 Januari (Epifani) menjadi 25 Desember (Natal), dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi yang berkaitan dengan dewa Matahari yang perayaan Saturnatlianya diadakan seminggu sebelumnya (17 s/d 24 Desember). Sejak itu pula umat Kristen tidak  ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, dan perayaan seminggu saturnalia juga tidak dirayakan dan juga asal perayaan Natal yaitu hari Epifani sudah diadakan jauh sebelum kaisar Aurelius menentukan 'Perayaan Hari Matahari' pada tanggal 25 Desember. Umat kristen umumnya merayakan empat minggu 'Advent' sebagai persiapan menuju hari kenangan menghadapi kenangan kehadiran Firman yang menjadi Daging itu yang dikenal sebagai hari Natal.

Makna Hari Natal Sebenarnya

Berdasarkan sejarahnya, maka tidak perlu mengkait-kaitkan hari Natal dengan hari Dewa Matahari dan umat kristen pun tidak pernah memikirkan atau menganggapnya begitu, apalagi sejak awal, kekristenan sudah menyebar kemana-mana diluar imperium Romawi dan jauh dari kota Roma dengan kepercayaan tradisional hari Mataharinya, dan inti Natal sudah mengerucut bukan lagi pada tanggal harinya, tetapi pada Allah yang telah mengaruniakan kita Anaknya yang tunggal melalui kelahiran Yesus di Bethlehem untuk menebus dosa umat manusia.
Memang pengaruh tradisi dalam sejarah selalu mempengaruhi kepercayaan seseorang, dan tidak ada satu agama pun yang bebas dari tradisi, agama yahudipun sarat tradisi farisi, namun tugas umat dan gereja Kristen adalah mengusahakan agar makna Hari Natal tidak bergeser dari kenangan akan kelahiran sang juruselamat ke perayaannya yang sering dibumbui tradisi dan dongeng rakyat. Mengkait-kaitan hari Natal dengan Santo Nicholas juga tidak perlu berlebihan karena pemberian hadiah-hadiah kepada anak-anak oleh Santa Claus hanya merupakan salah satu ungkapan kasih Kristiani yang sebenarnya tidak berkaitan dengan hari Natal (pemberian hadiah bukan analogi hadiah orang majus melainkan ungkapan kasih Kristus kepada anak-anak), apalagi tradisi Natal sering dibumbui dengan tradisi mitos rakyat Norwegia mengenai dewa Odin yang biasa menaiki kereta ditarik 7 ekor rusa-kutub yang bisa terbang. Di negeri Belanda, Sinterklaas dirayakan pada tanggal 5 Desember yang bermotif perbudakan dengan budak zwarte piet yang membawa cambuk, di Amerika Serikatlah tradisi Natal dicampur-adukkan menjadi figur Santa Claus, dan didunia komersial perayaan Natal sudah menjadi hari libur dan belanja internasional dan menjadi bisnis besar dimana orang-orang saling memberi hadiah sebagai ungkapan kasih sayang di akhir tahun. Di Ginza, Tokyo-Jepang, disebuah supermarket baru-baru ini dibuat pohon natal emas padahal jimlah penduduk Jepang yang beragama Kristen kurang dari satu persen penduduk Jepang.

Berhubung gugatan akan tanggal Natal tidak menghadirkan alternatif tanggal yang tepat mengingat tidak ada catatan sejarah yang pasti, demikian juga berhubung gugatan akan tanggal hari Natal biasanya diajukan oleh para pengikut aliran sekte yang menolak Kristologi Alkitab dan Allah Tritunggal, maka gugatan damikian tidak perlu membingungkan kita karena inti Natal bukan pada Yesus lahir tanggal dan bulan berapa dan berapa umurnya sekarang, melainkan pada misinya yaitu Firman yang menjadi daging.
Tepat seperti yang ditulis oleh romo A. Heuken S.J. dalam 'Ensiklopedi Gereja' yang menyebutkan bahwa "Natal bukan ulang tahun Yesus, tetapi perayaan keagamaan Sabda Allah turun ke dunia," dan yang penting "perayaan Natal terutama merupakan peringatan yang bermaksud supaya Kristus lahir di dalam hatinya dan agar tahun demi tahun hubungan pribadi itu berkembang, sehingga dengan demikian mengubah dirinya dari dalam hati." Ia mengutip ucapan Angelus Silesius yang berbunyi: "Seandainya pun Jesus dilahirkan seribu kali di Betlehem, tetapi bukan di dalam hati, Anda tetap tidak diselamatkan."

Kemuliaan dan kepujian bagi Allah yang mahatinggi, dan damai sejahtera dan sukacita Natal, dimana telah terjadi kelahiran sang Messias, juruselamat umat manusia, baik kalau kita renungkan dan syukuri dan rayakan bersama setahun-sekali, asalkan dalam kesederhanaan malam hari Natal pertama di
Bethlehem. Jadikanlah Natal sebagai kenangan tahunan akan kelahiran Juruselamat umat manusia tanpa terikat pada tanggal 25 Desember karena umat kristen sudah terbiasa merayakannya sekitar bulan Desember sampai dengan Januari setiap tahun, tapi juga tidak menjadi soal kalau menyelenggarakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember karena ada baiknya agar terjadi keseragaman dikalangan umat kristen diseluruh dunia sambil mensyukuri kemuliaan dan kepujian bagi Allah dalam hidup persekutuan yang mendatangkan damai sejahtera dan sukacita bagi manusia yang dirayakan secara serentak dengan lagu-lagu Natal yang syahdu diseluruh muka bumi sebagai bentuk keesaan akan gereja yang am dan disebarluaskan melalui tayangan film, TV, iPod, Youtube, dan berbagai media komunikasi lainnya.

Menantikan Natal

Nats: Lukas 2:25
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.

Bulan Desember merupakan bulan yang paling banyak dinanti oleh banyak orang. Ya, bulan Desember selalu mengingatkan orang bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Sejak kecil saya juga selalu menikmati hari-hari menjelang Natal dimana terdapat suasana yang penuh dengan kasih, kehangatan, sukacita dan damai sejahtera ketika mengingat akan kelahiran Yesus.

Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal seringkali dihubungkan dengan sale atau discount besar-besaran, meningkatkan omzet perusahaan, liburan panjang, pesta yang meriah dengan teman-teman dan relasi kantor, serta berbagai macam alasan lainnya. Seringkali keceriaan dan kemeriahan sesaat itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya.

Apabila ada seorang tokoh dalam Alkitab yang sangat menanti akan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon. Setelah menanti bertahun-tahun akan janji kedatangan Mesias, Simeon sangat bersukacita ketika raja yang dinantikan itu akhirnya lahir dan berada dalam pengkuannya. Seluruh penantiannya seakan terbayar lunas saat dalam usianya yang sangat lanjut, ia dapat berjumpa dengan bayi yesus yang ditunggu-tunggunya selama ini.

Tanpa terasa kita telah memasuki bulan Desember dan hari-hari menjelang Natal. Akan terdapat bermacam-macam kesibukan yang segera dihadapi. Apakah yang sesungguhnya Anda tunggu? Kiranya penantian Anda tidak sia-sia.

Agar Natal menjadi bermakna, berilah Kristus tempat utama di hati Anda

Natal Yang Indah

Nats: Lukas 1:44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

Tak lama setelah orang-orang Amerika melahap sisa-sisa daging kalkun dari perayaan Thanksgiving, para reporter berita di televisi dengan wajah sedih memberitahu para pemirsa bahwa Natal tahun ini "sepertinya akan menjadi Natal yang buruk." Yang mereka maksudkan adalah jumlah penjualan di toko-toko mungkin akan menurun selama masa berbelanja yang akan datang. Dan hal ini membuat Natal yang "buruk."

Kita dapat memahami mengapa hal ini menjadi sebuah berita hangat. Banyak perusahaan menanti para pembeli akhir tahun yang sibuk berbelanja agar keuangan perusahaan mereka tetap terjaga. Namun ada sesuatu yang mengusik dalam diri saya ketika orang-orang berbicara mengenai Natal yang "buruk", meskipun kata itu ditujukan pada angka penjualan yang rendah. Bagaimana mungkin perayaan kelahiran Mesias, sang Juru Selamat dunia, dapat menjadi saat yang buruk?

Marilah kita mencermati sekali lagi kisah yang sudah tak asing ini. Pada bulan-bulan sebelum Yesus dilahirkan, Maria pergi ke kota tetangga untuk mengunjungi saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dan menantikan kelahiran anaknya. Ketika Maria berbicara, bayi yang berada dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (Lukas 1:44). Mereka yang tahu siapa sebenarnya bayi Maria, akan bersukacita.

Mari kita cari sukacita tersebut dengan memusatkan perhatian kita pada peristiwa yang kita rayakan, bukan pada perayaannya. Kelahiran Yesuslah yang kita hormati, dan hal itu akan membuat Natal menjadi indah.

Setiap hari Natal menjadi indah bila kita memusatkan diri pada kabar baik tentang Yesus.

Yang Kaya Menjadi Miskin, Supaya Yang Miskin Menjadi Kaya

"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Korintus 8:9).

Ada yang bilang, hari raya terbesar umat Kristen bukanlah Natal, tapi Paskah. Coba, mana yang lebih penting, kelahiran-Nya atau kebangkitan-Nya?

Jawaban saya, keduanya sama-sama penting! Memang, Natal tidak ada artinya tanpa Paskah. Namun, ingat, Paskah juga tidak mungkin terjadi tanpa Natal!

Natal dan Paskah. Keduanya sama-sama penting. Di antara keduanyalah Kristus berjalan di dunia. Dan keseluruhan hidup-Nya, yang terbentang di antara keduanya, dapat dipandang sebagai satu peristiwa tunggal. "One single event". Itulah yang disebut inkarnasi -- Anak Allah menjadi anak manusia.

Kalau bagi Kristus ada kelahiran dan kebangkitan, maka bagi orang percaya tersedia kelahiran kembali dan kebangkitan tubuh. Di antara keduanya juga kehidupan kita sedang berlangsung. Dari kelahiran kembali sampai kebangkitan tubuh. Dan keseluruhan hidup kita, yang terbentang di antara keduanya, seharusnya dijiwai oleh semangat Kristus. Semangat inkarnasi. Semangat Natal. Apakah itu?

Rasul Paulus menyerukannya dalam 2 Korintus 8:9, "... Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya". Semangat memiskinkan diri sendiri, supaya yang lain menjadi kaya. Apa artinya?

Ada beberapa kesejajaran yang menakjubkan antara ayat ini dan Kidung Kristologis yang terkenal dalam Filipi 2:6-8. Tentang Kristus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Hal "kaya" sejajar dengan hal "dalam rupa Allah". Sedangkan hal "menjadi miskin" sejajar dengan hal "mengosongkan diri" dan "merendahkan diri".

Bagi Kristus, "kaya" berarti "dalam rupa Allah". Itulah hakikat Yesus yang sesungguhnya. Terjemahan lain untuk "dalam rupa Allah" adalah "dalam hakikat (Yunani=morphe) Allah". Yesus adalah Pribadi yang seratus persen sehakikat dan setara dengan Allah. Apakah Allah Mahatahu? Yesus juga. Apakah Allah Mahakuasa? Yesus juga. Apakah Allah Mahahadir? Yesus juga. Apakah Allah kekal? Yesus juga.

Sungguh, yang lahir di kandang binatang sekitar dua ribu tahun yang lalu adalah Allah sendiri! Bagi Kristus, "menjadi miskin" berarti "mengosongkan diri" dan "merendahkan diri". Ungkapan-ungkapan ini menyatakan penyerahan dan perendahan diri Kristus yang tidak tanggung-tanggung. Habis-habisan!

Ungkapan "mengosongkan diri" berasal dari kata Yunani, "kenoo", yang juga berarti "menuang" atau "mencurahkan" (to pour out). "Mencurahkan diri" merupakan ungkapan puitis kuno bagi penyerahan diri sepenuhnya dari seseorang demi kepentingan orang lain. Yesus "mengosongkan diri-Nya", itu berarti Ia menyerahkan diri-Nya", sepenuhnya demi kepentingan orang lain. Ia mengabdikan seluruh hidup-Nya kepada sesama-Nya. Sampai tetes keringat terakhir. Sampai tetes darah terakhir. Sampai tarikan napas terakhir.

Dalam Markus 10:45, Tuhan Yesus sendiri berkata, "... Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang".

Sedangkan hal "merendahkan diri" yang Kristus lakukan berarti "merendahkan diri sampai titik yang paling rendah". Rasul Paulus berkata, "Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8). Terjemahan yang lebih tepat adalah: "Ia telah merendahkan diri-Nya dengan menjadi taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Itulah klimaks perendahan diri-Nya.

Kristus melampaui semua manusia, melampaui semua malaikat, namun demikian Ia pernah menjadi lebih rendah ketimbang keduanya. Mengapa? Karena Ia pernah menjalani kelahiran dan kematian yang paling hina. Adakah kelahiran yang lebih hina ketimbang kelahiran di kandang binatang? Yang lahir di kandang binatang adalah binatang. Tetapi Kristus memilih untuk lahir di sana. Adakah kematian yang lebih hina ketimbang kematian yang terjadi di kayu salib? Konon, setiap orang yang disalibkan ditelanjangi bulat-bulat. Betapa memalukan! Yang mati dengan cara demikian cuma penjahat dan sampah masyarakat! Namun, Kristus memilih untuk mati dengan cara demikian. Sungguh, dasar kehinaan benar-benar telah diselami-Nya!

Untuk apa Kristus melakukan semua itu? "Supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya". Itulah tujuan inkarnasi, yang membawa Anak Allah dari surga ke Betlehem, dari Betlehem ke Golgota, dan dari Golgota kembali ke surga. "Supaya kamu menjadi kaya".

Kekayaan macam apa yang diberikan Kristus kepada manusia yang dikasihi-Nya? Bukan kekayaan materi, tapi rohani. Tentang tujuan kedatangan-Nya, Kristus berkata, Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10). Dan tentang hidup, Ia berkata, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3). Manusia, akibat dosa, menjadi miskin rohani. Tidak mengenal Sang Pencipta. Ditindas dosa. Tiada pengharapan. Binasa. Kristus datang untuk mengubah realitas ini!

Inilah semangat inkarnasi. Semangat Natal. Mengabdikan seluruh hidup kepada sesama, melayani mereka sampai titik yang paling rendah, supaya melalui pengabdian dan pelayanan itu, mereka boleh mengambil bagian dalam kekayaan anak-anak Allah -- mengenal Sang Pencipta, menang atas dosa, berpengharapan, dan beroleh hidup yang kekal. Sudahkah semangat itu hidup di hatimu?