Kamis, 06 September 2012

Betlehem, Kota Kecil Yang Istimewa


 
Tanyakan kepada siapa saja yang merayakan Natal, “Dimana bayi Kristus dilahirkan?” maka Anda akan mendapatkan jawaban pasti, Betlehem. Lagu Natal seperti “O Little Town of Betlehem” begitu terkenal dan dikenang.

Namun apa yang membuat Betlehem, sebuah kota kecil dan berdebu begitu penting sehingga dipilih untuk momen istimewa itu? Dalam bahasa Ibrani, Betlehem artinya “Rumah Roti.” Telah dinubuatkan bahwa Mesias, “Roti yang dikirim dari sorga untuk memberi makan jiwa manusia,” akan dilahirkan dari keturunan Raja Daud. Dia juga akan lahir di kota yang sama dimana Daud memerintah atas Israel, Dia lahir di Betlehem!

Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. ~ Mikha 5:2

Domba-domba mengembik di padang rumput Betlehem. Migdal Eder, atau menara pengintai The Tower of the Flock adalah tempat dimana domba-domba untuk korban bakaran dilahirkan dan dibesarkan. Setiap domba jantan sulung dari daerah Betlehem telah dikuduskan dan dipisahkan untuk di korbankan di Yerusalem. Generasi demi generasi gembala berdiam di bukit suci itu. Mereka adalah kelompok yang terbiasa dengan udara dingin dan tinggal sendirian di padang rumput. Sebagai pelindung para domba, mereka siap mengorbankan nyawanya untuk menjaga kawanan ternaknya dari serangan binatang buas.. atau tersesat dan terjatuh di tebing batu.

Setelah memberikan hidup mereka bagi kawanan ternaknya, para gembala akan memisahkan domba-dombanya, memilih hanya domba jantan yang sulung yang tanpa cacat untuk dibawa ke Yerusalem. Disana, domba itu akan dijual kepada mereka yang akan melakukan korban penebusan dosa. Di gunung yang sama dimana Abraham akan mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, domba itu akan dicurahkan darahnya dan mati sebagai korban penebusan. Siklus ini terjadi tanpa akhir.

Tetapi ketika Kristus datang kedunia ini, semua itu berubah:

Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." ~ Ibrani 10:5-7

Yohanes Pembabtis menyatakan bahwa Yesus bukan hanya “Anak Allah” (Yohanes 1:34), tetapi juga “Domba Allah” (Yohanes 1:36).

Domba sulung Allah telah mengobankan nyawa-Nya sebagai ganti atas dosa seluruh umat manusia – satu pengorbanan yang sempurna yang hanya satu kali, dan dilakukan oleh Allah Bapa sendiri.

Dimana lagi “..Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” akan lahir jika bukan di Betlehem, ditengah-tengah kawanan domba yang telah dikuduskan.

Tetapi bagaimana Domba Allah itu tiba adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan. Telah bertahun-tahun dinantikan kedatangan seorang Mesias yang akan membalas semua kejahatan dunia.

Bertahun-tahun menantikan runtuhnya penguasa yang lalim… dan menantikan Dia yang akan menjadi Raja selamanya. Selama bertahun-tahun menanti itu.. tidak seorangpun melihat titik terang.

Dan ketika Mesias itu telah datang, siapa di Israel yang tahu? Hanya segelintir orang yang menyadari keajaiban-Nya, dan sebagian besar dari mereka adalah orang biasa – para gembala yang sederhana dari Betleham.

Mengapa Mesias memilih tempat itu, dan mengapa para gembala yang pertama menyambut-Nya? Bahkan hal ini sudah masuk dalam rencana-Nya yang kekal.

Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN. Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. ~ Yeremia 23:4-5.

Raja segala raja telah datang ke kota kecil Betlehem, Kota Daud, kota para gembala. Tempat di mana domba untuk persembahan di lahirkan dan dibesarkan. Dia diletakkan di sebuah palungan. Dia adalah Yesus Kristus, sang Mesias.

Arti Kelahiran Yesus

Nats: Matius 2:1-2 
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem   dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Kelahiran Yesus ke dunia ini telah membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Orang Majus dari Timur datang ke Yerusalem untuk menyembah DIa, Herodes melakukan pembunuhan terhadap  anak-anak usia 2 tahun ke bawah dengan maksud untuk membunuhNya(Matius 2:6), gembala-gembala di padang bersuka cita menyambut kedatanganNya (Lukas 2:28) dan lain sebagainya. Semua nubuatan para nabi mengenai kelahiran sang Juruselamat telah digenapi. Terjadi perubahan yang drastis, yang baik tambah baik dan yang jahat tambah jahat.
 
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apakah kelahiran Yesus memiliki makna yang cukup berarti bagi hidup kita? Apakah kelahiran Yesus di dalam hidup kita telah membawa perubahan dalam sikap, perilaku dan cara pandang kita terhadap kehidupan ini? Mungkin kita berkata : “Yesus telah lahir dalam hidupku”, tetapi kita masih hidup seperti masa lalu, mabuk-mabukan, suka berjudi, main perempuan, suka mencuri, menipu dan lain sebagainya.

 
Bilamana Yesus telah lahir dalam hidup kita, maka perubahan pasti terjadi sebab kelahiran Yesus adalah bermakna perubahan. Dosa telah dihapuskan, keselamatan telah diberikan, memulai hidup baru dan semua manusia yang menerima Dia adalah ciptaan baru. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2Kor 5:17). 
Kalau kita mengaku telah menerima Dia dan Yesus telah lahir dalam hidup kita, tetapi kelakuan dan cara pandang belum berubah, maka kita sudah berdusta. Hidup di dalam Yesus berarti kita telah meninggalkan manusia lama dan menganggap semua masa lalu adalah sampah.(Filipi 3:7). 
Kejayaan, kekayaan, ketenaran, jabatan yang tinggi dan lain-lain bukanlah kebanggaan bagi orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kelahiran Yesus telah membawa perubahan terhadap hidup manusia dan Dialah harta yang paling tertinggi nilainya bagi orang yang menerima Dia. Inilah makna sesungguhnya dari kelahiran Yesus ke dunia ini dan di dalam hidup kita semua. Sudahkah Yesus lahir dalam hidup kita?

Hari Natal Yang Disyukuri Dan Digugat

Nats :Lukas 2:10-14;202:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Pendahuluan:

Sekalipun ada yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan pernah tinggal di Yudea dan lahir di Betlehem yang dikenal sebagai peristiwa Natal, sejarah dunia mencatat bahwa itu terjadi sekitar tahun '0' dalam penanggalan Gregorian yang dikaitkan dengan kelahiran Yesus. Bukan tanpa arti kalau dunia mengakui bahwa sebelum tahun '0' disebut sebagai BC (Before Christ) dan sesudahnya disebut AD (Anno Domini = Tahun Tuhan) atau bila digabung mengungkapkan bahwa Yesus adalah 'Kristus dan Tuhan.'
Sekalipun ada usaha menghilangkan arti religious dari 'BC' yang diganti BCE (Before Common Era) dan 'AD" diganti CE (Common Era), namun baik siaran  internasional Discovery, BBC, maupun National Geographc masih sering menggunakan istilah 'BC' dan 'AD.' 

Hari Natal Pertama

Hari Natal pertama tercatat secara jelas dalam Kitab Injil Matius 1:18-2:11 dan Lukas 2:1-20, peristiwa mana terjadi ketika kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus dimana penduduk harus mendaftar ulang di tempat asal kelahiran mereka. Dari sejarah kita mengetahui bahwa kaisar Agustus memerintah sekitar tahun 30sM - 14M. Namun, kapan ia mengadakan sensus?
Dari data Alkitab kita mengetahui bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, Yudea diperintah oleh raja Herodes Agung (37 - 4sM) yang kejam bahkan sampai hati ia memerintahkan membunuh bayi-bayi di Betlehem (Mat.2:16-18). Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa waktunya tidak lebih lambat dari tahun 4sM, dan
karena Herodes meninggal tidak lama setelah kelahiran Yesus, maka kemungkinan Yesus lahir antara tahun 6 - 4sM, dan bukan pada tahun 0 Gregorian. 

Sekarang, pada tanggal dan bulan apa Yesus dilahirkan? 

Benarkah seperti yang dikatakan tradisi gereja yang menyebut tanggal 25 Desember? Kelihatannya
bulan dan tanggal itu tidak tepat, soalnya pada bulan Desember - Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh kembali ke kota kelahiran dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil besar juga mesti melakukannya. Namun, kalau bukan bulan Desember bulan apa?
Ada pendapat selain bulan Desember itu, yaitu dikemukakan bahwa Yesus dilahirkan kemungkinannya di bulan Mei-Juni karena iklimnya menunjang.
Berdasarkan Lukas 1:26 dimana dikatakan: "Dalam bulan yang keenam Allah  menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret."
Berdasarkan hal ini ada yang mengatakan karena di jaman Yesus bulan pertama itu bulan Maret, maka 6 bulan ke depan berarti bulan Agustus. Dari Agustus hitung 9 bulan Yesus dikandung maka jatuh antara bulan Mei-Juni. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada bulanTishri (September -
Oktober) yaitu pada hari Raya Pondok Daun, dimana iklimnya juga menunjang.
Argumentasi ini didasarkan waktu penugasan imam besar Zakharia masuk ke Bait Allah adalah sekitar bulan Siwan (Mei - Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun. Lalu mengapa diadakan pada tanggal 25 Desember?

Umat Kristen abad pertama tidak merayakan hari Natal, bagi mereka kekristenan berpusat pada rangkaian pengajaran Yesus, perjamuan malam menjelang hari penyaliban, dengan puncak kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai hari Paskah. Sejak abad-3 gereja Timur (Orthodox) merayakan hari 'Epifani' (manisfestasi) pada tanggal 6 Januari untuk merayakan hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan yang sekaligus mencakup peringatan akan kelahiranNya. Perayaan Epifania masih dirayakan gereja Timur hingga kini dengan memberkati air baptisan dan sungai Yordan. Di gereja Barat, hari Epifani juga dirayakan untuk mengingat kunjungan para Majus, dan  untuk mengenang peristiwa sekitar manifestasi kelahiran Yesus di Betlehem.

Mengapa 25 Desember ?

Pada tahun 274, di Roma kaisar Aurelius menetapkan dimulai perayaan hari kelahiran Matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju Matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa kaisar Konstantin, banyak orang Kristen baru di Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan 'kelahiran Matahari' itu menjadi perayaan 'kelahiran Matahari Kebenaran' dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan 'Natal' sebagai pengganti perayaan 'Epifani' pada tanggal 6 Januari. Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang menjadi raja Kristen. 

Perayaan Natal pada tanggal 25
 
Desember kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain.
Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa Matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa Matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser perayaan tanggal 6 Januari (Epifani) menjadi 25 Desember (Natal), dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi yang berkaitan dengan dewa Matahari yang perayaan Saturnatlianya diadakan seminggu sebelumnya (17 s/d 24 Desember). Sejak itu pula umat Kristen tidak  ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, dan perayaan seminggu saturnalia juga tidak dirayakan dan juga asal perayaan Natal yaitu hari Epifani sudah diadakan jauh sebelum kaisar Aurelius menentukan 'Perayaan Hari Matahari' pada tanggal 25 Desember. Umat kristen umumnya merayakan empat minggu 'Advent' sebagai persiapan menuju hari kenangan menghadapi kenangan kehadiran Firman yang menjadi Daging itu yang dikenal sebagai hari Natal.

Makna Hari Natal Sebenarnya

Berdasarkan sejarahnya, maka tidak perlu mengkait-kaitkan hari Natal dengan hari Dewa Matahari dan umat kristen pun tidak pernah memikirkan atau menganggapnya begitu, apalagi sejak awal, kekristenan sudah menyebar kemana-mana diluar imperium Romawi dan jauh dari kota Roma dengan kepercayaan tradisional hari Mataharinya, dan inti Natal sudah mengerucut bukan lagi pada tanggal harinya, tetapi pada Allah yang telah mengaruniakan kita Anaknya yang tunggal melalui kelahiran Yesus di Bethlehem untuk menebus dosa umat manusia.
Memang pengaruh tradisi dalam sejarah selalu mempengaruhi kepercayaan seseorang, dan tidak ada satu agama pun yang bebas dari tradisi, agama yahudipun sarat tradisi farisi, namun tugas umat dan gereja Kristen adalah mengusahakan agar makna Hari Natal tidak bergeser dari kenangan akan kelahiran sang juruselamat ke perayaannya yang sering dibumbui tradisi dan dongeng rakyat. Mengkait-kaitan hari Natal dengan Santo Nicholas juga tidak perlu berlebihan karena pemberian hadiah-hadiah kepada anak-anak oleh Santa Claus hanya merupakan salah satu ungkapan kasih Kristiani yang sebenarnya tidak berkaitan dengan hari Natal (pemberian hadiah bukan analogi hadiah orang majus melainkan ungkapan kasih Kristus kepada anak-anak), apalagi tradisi Natal sering dibumbui dengan tradisi mitos rakyat Norwegia mengenai dewa Odin yang biasa menaiki kereta ditarik 7 ekor rusa-kutub yang bisa terbang. Di negeri Belanda, Sinterklaas dirayakan pada tanggal 5 Desember yang bermotif perbudakan dengan budak zwarte piet yang membawa cambuk, di Amerika Serikatlah tradisi Natal dicampur-adukkan menjadi figur Santa Claus, dan didunia komersial perayaan Natal sudah menjadi hari libur dan belanja internasional dan menjadi bisnis besar dimana orang-orang saling memberi hadiah sebagai ungkapan kasih sayang di akhir tahun. Di Ginza, Tokyo-Jepang, disebuah supermarket baru-baru ini dibuat pohon natal emas padahal jimlah penduduk Jepang yang beragama Kristen kurang dari satu persen penduduk Jepang.

Berhubung gugatan akan tanggal Natal tidak menghadirkan alternatif tanggal yang tepat mengingat tidak ada catatan sejarah yang pasti, demikian juga berhubung gugatan akan tanggal hari Natal biasanya diajukan oleh para pengikut aliran sekte yang menolak Kristologi Alkitab dan Allah Tritunggal, maka gugatan damikian tidak perlu membingungkan kita karena inti Natal bukan pada Yesus lahir tanggal dan bulan berapa dan berapa umurnya sekarang, melainkan pada misinya yaitu Firman yang menjadi daging.
Tepat seperti yang ditulis oleh romo A. Heuken S.J. dalam 'Ensiklopedi Gereja' yang menyebutkan bahwa "Natal bukan ulang tahun Yesus, tetapi perayaan keagamaan Sabda Allah turun ke dunia," dan yang penting "perayaan Natal terutama merupakan peringatan yang bermaksud supaya Kristus lahir di dalam hatinya dan agar tahun demi tahun hubungan pribadi itu berkembang, sehingga dengan demikian mengubah dirinya dari dalam hati." Ia mengutip ucapan Angelus Silesius yang berbunyi: "Seandainya pun Jesus dilahirkan seribu kali di Betlehem, tetapi bukan di dalam hati, Anda tetap tidak diselamatkan."

Kemuliaan dan kepujian bagi Allah yang mahatinggi, dan damai sejahtera dan sukacita Natal, dimana telah terjadi kelahiran sang Messias, juruselamat umat manusia, baik kalau kita renungkan dan syukuri dan rayakan bersama setahun-sekali, asalkan dalam kesederhanaan malam hari Natal pertama di
Bethlehem. Jadikanlah Natal sebagai kenangan tahunan akan kelahiran Juruselamat umat manusia tanpa terikat pada tanggal 25 Desember karena umat kristen sudah terbiasa merayakannya sekitar bulan Desember sampai dengan Januari setiap tahun, tapi juga tidak menjadi soal kalau menyelenggarakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember karena ada baiknya agar terjadi keseragaman dikalangan umat kristen diseluruh dunia sambil mensyukuri kemuliaan dan kepujian bagi Allah dalam hidup persekutuan yang mendatangkan damai sejahtera dan sukacita bagi manusia yang dirayakan secara serentak dengan lagu-lagu Natal yang syahdu diseluruh muka bumi sebagai bentuk keesaan akan gereja yang am dan disebarluaskan melalui tayangan film, TV, iPod, Youtube, dan berbagai media komunikasi lainnya.

Menantikan Natal

Nats: Lukas 2:25
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.

Bulan Desember merupakan bulan yang paling banyak dinanti oleh banyak orang. Ya, bulan Desember selalu mengingatkan orang bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Sejak kecil saya juga selalu menikmati hari-hari menjelang Natal dimana terdapat suasana yang penuh dengan kasih, kehangatan, sukacita dan damai sejahtera ketika mengingat akan kelahiran Yesus.

Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal seringkali dihubungkan dengan sale atau discount besar-besaran, meningkatkan omzet perusahaan, liburan panjang, pesta yang meriah dengan teman-teman dan relasi kantor, serta berbagai macam alasan lainnya. Seringkali keceriaan dan kemeriahan sesaat itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya.

Apabila ada seorang tokoh dalam Alkitab yang sangat menanti akan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon. Setelah menanti bertahun-tahun akan janji kedatangan Mesias, Simeon sangat bersukacita ketika raja yang dinantikan itu akhirnya lahir dan berada dalam pengkuannya. Seluruh penantiannya seakan terbayar lunas saat dalam usianya yang sangat lanjut, ia dapat berjumpa dengan bayi yesus yang ditunggu-tunggunya selama ini.

Tanpa terasa kita telah memasuki bulan Desember dan hari-hari menjelang Natal. Akan terdapat bermacam-macam kesibukan yang segera dihadapi. Apakah yang sesungguhnya Anda tunggu? Kiranya penantian Anda tidak sia-sia.

Agar Natal menjadi bermakna, berilah Kristus tempat utama di hati Anda

Natal Yang Indah

Nats: Lukas 1:44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

Tak lama setelah orang-orang Amerika melahap sisa-sisa daging kalkun dari perayaan Thanksgiving, para reporter berita di televisi dengan wajah sedih memberitahu para pemirsa bahwa Natal tahun ini "sepertinya akan menjadi Natal yang buruk." Yang mereka maksudkan adalah jumlah penjualan di toko-toko mungkin akan menurun selama masa berbelanja yang akan datang. Dan hal ini membuat Natal yang "buruk."

Kita dapat memahami mengapa hal ini menjadi sebuah berita hangat. Banyak perusahaan menanti para pembeli akhir tahun yang sibuk berbelanja agar keuangan perusahaan mereka tetap terjaga. Namun ada sesuatu yang mengusik dalam diri saya ketika orang-orang berbicara mengenai Natal yang "buruk", meskipun kata itu ditujukan pada angka penjualan yang rendah. Bagaimana mungkin perayaan kelahiran Mesias, sang Juru Selamat dunia, dapat menjadi saat yang buruk?

Marilah kita mencermati sekali lagi kisah yang sudah tak asing ini. Pada bulan-bulan sebelum Yesus dilahirkan, Maria pergi ke kota tetangga untuk mengunjungi saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dan menantikan kelahiran anaknya. Ketika Maria berbicara, bayi yang berada dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (Lukas 1:44). Mereka yang tahu siapa sebenarnya bayi Maria, akan bersukacita.

Mari kita cari sukacita tersebut dengan memusatkan perhatian kita pada peristiwa yang kita rayakan, bukan pada perayaannya. Kelahiran Yesuslah yang kita hormati, dan hal itu akan membuat Natal menjadi indah.

Setiap hari Natal menjadi indah bila kita memusatkan diri pada kabar baik tentang Yesus.

Yang Kaya Menjadi Miskin, Supaya Yang Miskin Menjadi Kaya

"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Korintus 8:9).

Ada yang bilang, hari raya terbesar umat Kristen bukanlah Natal, tapi Paskah. Coba, mana yang lebih penting, kelahiran-Nya atau kebangkitan-Nya?

Jawaban saya, keduanya sama-sama penting! Memang, Natal tidak ada artinya tanpa Paskah. Namun, ingat, Paskah juga tidak mungkin terjadi tanpa Natal!

Natal dan Paskah. Keduanya sama-sama penting. Di antara keduanyalah Kristus berjalan di dunia. Dan keseluruhan hidup-Nya, yang terbentang di antara keduanya, dapat dipandang sebagai satu peristiwa tunggal. "One single event". Itulah yang disebut inkarnasi -- Anak Allah menjadi anak manusia.

Kalau bagi Kristus ada kelahiran dan kebangkitan, maka bagi orang percaya tersedia kelahiran kembali dan kebangkitan tubuh. Di antara keduanya juga kehidupan kita sedang berlangsung. Dari kelahiran kembali sampai kebangkitan tubuh. Dan keseluruhan hidup kita, yang terbentang di antara keduanya, seharusnya dijiwai oleh semangat Kristus. Semangat inkarnasi. Semangat Natal. Apakah itu?

Rasul Paulus menyerukannya dalam 2 Korintus 8:9, "... Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya". Semangat memiskinkan diri sendiri, supaya yang lain menjadi kaya. Apa artinya?

Ada beberapa kesejajaran yang menakjubkan antara ayat ini dan Kidung Kristologis yang terkenal dalam Filipi 2:6-8. Tentang Kristus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Hal "kaya" sejajar dengan hal "dalam rupa Allah". Sedangkan hal "menjadi miskin" sejajar dengan hal "mengosongkan diri" dan "merendahkan diri".

Bagi Kristus, "kaya" berarti "dalam rupa Allah". Itulah hakikat Yesus yang sesungguhnya. Terjemahan lain untuk "dalam rupa Allah" adalah "dalam hakikat (Yunani=morphe) Allah". Yesus adalah Pribadi yang seratus persen sehakikat dan setara dengan Allah. Apakah Allah Mahatahu? Yesus juga. Apakah Allah Mahakuasa? Yesus juga. Apakah Allah Mahahadir? Yesus juga. Apakah Allah kekal? Yesus juga.

Sungguh, yang lahir di kandang binatang sekitar dua ribu tahun yang lalu adalah Allah sendiri! Bagi Kristus, "menjadi miskin" berarti "mengosongkan diri" dan "merendahkan diri". Ungkapan-ungkapan ini menyatakan penyerahan dan perendahan diri Kristus yang tidak tanggung-tanggung. Habis-habisan!

Ungkapan "mengosongkan diri" berasal dari kata Yunani, "kenoo", yang juga berarti "menuang" atau "mencurahkan" (to pour out). "Mencurahkan diri" merupakan ungkapan puitis kuno bagi penyerahan diri sepenuhnya dari seseorang demi kepentingan orang lain. Yesus "mengosongkan diri-Nya", itu berarti Ia menyerahkan diri-Nya", sepenuhnya demi kepentingan orang lain. Ia mengabdikan seluruh hidup-Nya kepada sesama-Nya. Sampai tetes keringat terakhir. Sampai tetes darah terakhir. Sampai tarikan napas terakhir.

Dalam Markus 10:45, Tuhan Yesus sendiri berkata, "... Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang".

Sedangkan hal "merendahkan diri" yang Kristus lakukan berarti "merendahkan diri sampai titik yang paling rendah". Rasul Paulus berkata, "Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8). Terjemahan yang lebih tepat adalah: "Ia telah merendahkan diri-Nya dengan menjadi taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Itulah klimaks perendahan diri-Nya.

Kristus melampaui semua manusia, melampaui semua malaikat, namun demikian Ia pernah menjadi lebih rendah ketimbang keduanya. Mengapa? Karena Ia pernah menjalani kelahiran dan kematian yang paling hina. Adakah kelahiran yang lebih hina ketimbang kelahiran di kandang binatang? Yang lahir di kandang binatang adalah binatang. Tetapi Kristus memilih untuk lahir di sana. Adakah kematian yang lebih hina ketimbang kematian yang terjadi di kayu salib? Konon, setiap orang yang disalibkan ditelanjangi bulat-bulat. Betapa memalukan! Yang mati dengan cara demikian cuma penjahat dan sampah masyarakat! Namun, Kristus memilih untuk mati dengan cara demikian. Sungguh, dasar kehinaan benar-benar telah diselami-Nya!

Untuk apa Kristus melakukan semua itu? "Supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya". Itulah tujuan inkarnasi, yang membawa Anak Allah dari surga ke Betlehem, dari Betlehem ke Golgota, dan dari Golgota kembali ke surga. "Supaya kamu menjadi kaya".

Kekayaan macam apa yang diberikan Kristus kepada manusia yang dikasihi-Nya? Bukan kekayaan materi, tapi rohani. Tentang tujuan kedatangan-Nya, Kristus berkata, Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10). Dan tentang hidup, Ia berkata, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3). Manusia, akibat dosa, menjadi miskin rohani. Tidak mengenal Sang Pencipta. Ditindas dosa. Tiada pengharapan. Binasa. Kristus datang untuk mengubah realitas ini!

Inilah semangat inkarnasi. Semangat Natal. Mengabdikan seluruh hidup kepada sesama, melayani mereka sampai titik yang paling rendah, supaya melalui pengabdian dan pelayanan itu, mereka boleh mengambil bagian dalam kekayaan anak-anak Allah -- mengenal Sang Pencipta, menang atas dosa, berpengharapan, dan beroleh hidup yang kekal. Sudahkah semangat itu hidup di hatimu?

NATAL DAN KELUARGA

Keluarga didesain Tuhan agar manusia dapat hidup dan dibesarkan dalam kasih. Puncak kasih adalah penyatuan, bukan hanya keintiman. Di dalam keluarga, kasih antara dua individu mengecap titik tertingginya. Di dalam keluarga, anak bertumbuh dalam kasih dan belajar mengasihi. Secara alamiah kita mengasihi anak, sebab anak adalah darah dan daging -- perpanjangan diri -- kita. Kasih adalah gizi mutlak yang diperlukan anak untuk dapat bertumbuh dengan sehat. Bahkan, di dalam keluarga pula anak belajar mengasihi. Setelah menerima kasih, anak belajar membalas kasih orang tua, dan pada akhirnya ia pun belajar mengasihi kakak, adik, teman, dan orang-orang di sekitarnya. Inilah rencana Tuhan untuk keluarga. Itulah sebabnya, dari semua ciptaan-Nya, hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga.

Keluarga juga merupakan miniatur relasi Tuhan dengan manusia. Allah adalah Bapa, dan kita adalah anak-anak-Nya. Kita diciptakan Tuhan dan menerima napas kehidupan dari Tuhan. Kita dikasihi Tuhan, sebab Ia adalah kasih, dan Ia telah menetapkan kita untuk menjadi penerima kasih-Nya. Surga pun merupakan sebuah keluarga, Allah adalah Bapa dan Kristus adalah Putra Allah. Namun, Allah Bapa rela melepaskan Putra-Nya untuk meninggalkan surga, turun ke dunia, dan akhirnya mati untuk menggantikan kita, anak-anak Allah.

Jadi, Natal adalah kisah sedih seorang Bapa yang merelakan kematian Putra-Nya, demi menyelamatkan anak-anak-Nya yang lain. Sesungguhnya, kita, anak-anak-Nya, bukanlah anak-anak-Nya yang baik. Kita melawan-Nya, meninggalkan-Nya, bahkan menolak mengakui-Nya sebagai Bapa. Namun, Ia tetap mengasihi kita; Ia mengundang kita kembali ke rumah-Nya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Kendati untuk melakukan semua itu, Ia harus mengorbankan Putra-Nya, Yesus Kristus. Natal adalah kisah kasih antara Bapa kepada anak-anak-Nya. Natal adalah bukti kasih Bapa kepada anak-anak-Nya.

Apakah yang seharusnya menjadi respons kita selaku orang tua kepada Tuhan sewaktu kita memperingati Natal?

Pertama, ajaklah anak Anda untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya yang begitu besar. Bacalah kisah Natal (Matius 1:18 s/d 2:1-12; Lukas 2:1-20), kemudian bacalah Filipi 2:5-11 untuk menjelaskan makna pengorbanan kedatangan Kristus ke dunia. Berilah kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa, yang telah rela melepaskan Kristus datang ke dunia untuk mati bagi kita.

Kedua, bagikanlah perasaan kita sebagai orang tua, jika kita harus merelakan kepergian seorang anak, agar dapat membawa pulang anak yang lain. Tanyakanlah kepada anak, bagaimana perasaannya bila itu harus terjadi pada keluarganya ini. Jelaskanlah kepadanya bahwa inilah yang terjadi pada waktu Natal, Allah Bapa harus melepaskan Putra-Nya, Kristus, supaya kita bisa pulang kembali ke rumah Bapa.

Ketiga, ceritakan kepada anak Anda bahwa Tuhan mengasihi kita anak-anak-Nya, kendati kita melawan-Nya dan tidak mau mendengarkan-Nya. Bagikanlah pengalaman pribadi kita kepada anak, bagaimanakah dulu kita pun melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya. Kemudian tanyakanlah kepada anak, bagaimanakah ia telah melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya.

Keempat, karena Natal adalah bukti kasih Allah, ajaklah anak untuk menyatakan bukti kasih kepada Allah. Selain dari dorongan untuk memberi dan berkorban bagi yang lain, tekankanlah bahwa kedatangan Kristus pada hari Natal adalah untuk mengajak anak-anak-Nya yang telah meninggalkan-Nya untuk kembali kepada-Nya. Tanyakanlah kepada anak, siapakah yang ingin ia doakan dan ajak untuk mengenal Kristus. Setelah itu doakanlah bersama.

Berawal di Sebuah Palungan

Peristiwa ini terjadi dalam suatu masa yang luar biasa... suatu masa yang berbeda dengan yang lain. Sebab, dalam kurun waktu itu suatu peristiwa spektakuler terjadi.

Allah menjadi manusia. Yang Ilahi datang. Surga terbuka dan menaruh "benih" yang sangat berharga di dalam rahim seorang wanita.

Allah yang Mahakuasa, dalam sekejap, menjadi manusia. Pribadi yang lebih luas daripada alam semesta menjadi sebuah embrio yang sangat kecil. Dia yang menjadikan dunia dengan Firman, memilih bergantung pada pengasuhan seorang wanita muda.

Allah Telah Datang

Dia datang, bukan sebagai suatu kilatan cahaya atau sebagai seorang penakluk yang tidak dapat didekati, tetapi sebagai seorang bayi yang tangisan pertama-Nya terdengar oleh gadis petani dan tukang kayu yang tak dapat menahan kantuknya. Maria dan Yusuf bukanlah keturunan bangsawan, mereka adalah orang biasa. Akan tetapi, surga memercayakan harta paling mulia kepada keduanya, orang tua yang sederhana. Peristiwa ini berawal di palungan, momen yang paling berkesan dalam segala masa. Dia tidak terlihat seperti seorang raja. Wajah-Nya mungil dan kemerahan-merahan. Tangisan-Nya, tangisan melengking sosok bayi yang tidak berdaya.

Kemuliaan surga di tengah-tengah dunia fana. Kekudusan di dalam kenajisan kotoran dan keringat domba. Bayi ini telah mengamati alam semesta. Kain yang menghangatkannya adalah jubah kekekalan. Ruang takhta emas-Nya diabaikan demi memilih kandang domba yang hina. Para malaikat penyembah digantikan oleh para gembala baik yang kebingungan.

Sungguh mengherankan, ruang takhta kerajaan ini. Tidak ada tirai yang menutupi jendela. Tidak ada kain beledu [kain dengan permukaan yang tebal, berbulu halus pada bagian depan dan rata pada bagian belakang, lembut, berkilat, sering dibuat kopiah atau baju kebesaran, Red.] di istana. Tidak ada tongkat emas atau mahkota berkilauan. Sungguh mengherankan, suara-suara di tempat ini. Sapi-sapi mengunyah, kaki-kaki berjejak, seorang ibu bersenandung, dan seorang bayi menyusu di pangkuan.

Peristiwa ini bisa berawal di mana saja, kisah seorang raja. Akan tetapi, betapa mengherankannya karena kisah ini berawal di palungan. Melangkahlah di ambang pintu, mengintiplah melalui jendela.

ARTI NATAL YANG SEJATI

Natal merupakan hari raya yang diperingati setiap tahun. Kedatangan bulan Desember membawa segala sukacita Natal. Namun, apakah arti Natal yang sebenarnya? Apakah Natal berarti hadiah-hadiah yang tertumpuk di bawah pohon terang, hiasan lampu yang menghiasi bingkai jendela, kartu-kartu Natal yang memenuhi kotak surat, makan malam bersama seluruh anggota keluarga, salju yang bertebaran di halaman rumah, hiasan kaos kaki yang tergantung di ruang tengah, dan ucapan "Selamat Natal" bagi setiap orang yang kita temui di jalan? Apakah ini Natal yang sejati?

Bagi banyak orang, Natal adalah saat yang nestapa. Mereka tidak memiliki uang yang lebih untuk membeli hadiah bagi anak-anak, keluarga, dan teman-teman mereka. Banyak orang juga merasa sedih saat Natal tiba, karena mereka memikirkan orang-orang yang mereka kasihi tidak dapat pulang ke rumah untuk berbagai alasan. Sementara itu, bagi sebagian orang yang lain, makan malam yang mewah hanyalah impian semata, bukan kenyataan.

Namun demikian, Natal dapat menjadi saat yang penuh sukacita. Inilah saat yang dipakai Allah untuk menunjukkan kasih-Nya yang agung bagi kita. Natal dapat menjadi saat pemulihan dan pembaruan kekuatan. Anda tahu, Natal adalah saat kita merayakan kelahiran bayi Kristus. Allah Bapa mengutus Putra tunggal-Nya, Yesus, untuk dilahirkan ke dalam dunia. Kelahiran-Nya membawa sukacita yang besar bagi dunia. Para gembala, orang-orang majus, dan malaikat; semuanya berbagi kegembiraan dalam peristiwa yang agung ini. Mereka semua tahu bahwa Dia bukanlah seorang bayi biasa. Para nabi telah menubuatkan kedatangan-Nya sejak ratusan tahun sebelumnya. Bintang terang berhenti di atas Betlehem untuk menunjukkan jalan kepada mereka yang mencari anak yang istimewa ini.

Dalam Lukas 2:4-19 kita membaca: "Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud -- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.' Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.' Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.' Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya."

Mengapa Yesus datang ke dunia? Mengapa Allah Bapa mengutus Anak-Nya ke dalam dunia yang kejam dan keras ini? Ia mengutus Yesus ke dalam dunia agar kelak Yesus menjadi bagian yang sangat penting dalam sejarah. Sejarah adalah kisah-Nya yang menceritakan kebenaran, kasih, dan pengharapan. Kisah-Nya membawa keselamatan bagi setiap kita. Tanpa Yesus kita akan binasa dalam dosa kita.

Yesus lahir agar kelak, harga segala kesalahan kita terbayar. Alkitab berkata bahwa kita semua sudah berdosa. Kita terlahir dalam keadaan berdosa. Kita melakukan banyak hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Melalui dosa Adam dan Hawa, kita mewarisi sifat-sifat dosa. Kita membutuhkan sesuatu yang dapat menghilangkan dosa, dan satu-satunya jalan adalah melalui Yesus. Yesus datang untuk mati di atas kayu salib untuk membayar semua dosa kita. Jika kita percaya bahwa Yesus telah mati untuk membayar dosa-dosa kita, kita dapat mengundang-Nya ke dalam hati kita dan mengampuni kita. Hanya dengan itulah kita dapat menjadi bersih dan sempurna dan kita dapat mengetahui bahwa surga adalah tempat tujuan kita setelah kehidupan ini berakhir (1 Yohanes 1:9 -- "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.").

Kita dapat benar-benar bersukacita pada saat Natal! Tak peduli apa pun yang akan terjadi, kita tahu bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Kita adalah putra dan putri milik Allah, dan surga akan menjadi rumah kita suatu hari nanti.

Pandanglah Natal dalam sudut pandang yang berbeda kali ini. Ini adalah saat untuk mengundang Yesus ke dalam hati Anda, hanya dengan demikian Anda akan mengalami Natal yang penuh sukacita. Setiap sukacita dan damai yang Anda terima akan bertahan selama bertahun-tahun selama Anda mencari Allah untuk memenuhi segala kebutuhan Anda.

Yesus adalah satu-satunya alasan bagi hari Natal! Karena itu, bersukacitalah!

NATAL: saat Untuk Memberi dan Saat Untuk Menerima

"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima." Peribahasa ini secara terus-menerus diajarkan di seluruh pendidikan Kristen kita -- lebih banyak memberi daripada menerima. Barangkali, fokus utamanya adalah agar kita tidak mengutamakan diri kita sendiri atau tidak menjadi penerima, karena ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa sifat alami kita pada dasarnya egois. Tampaknya, penekanan pada lebih banyak memberi dimaksudkan untuk mengimbangi pemusatan kita pada diri sendiri, tetapi di satu sisi, hal ini bisa membingungkan. Hal ini tampaknya menimbulkan suatu keyakinan, bahwa orang-orang benar seharusnya tidak menerima, kecuali memang benar-benar perlu; mereka seharusnya hanya memiliki sedikit keinginan untuk menerima, kalaupun keinginan itu ada. Hal ini membuat banyak orang Kristen mempermasalahkan boleh tidaknya menerima pujian dan hadiah-hadiah bagus lainnya yang pantas. Apabila mereka menerima, beberapa orang meyakini bahwa mereka juga harus menunjukkan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Terkadang, orang-orang yang menerima sesuatu tidak melakukan dengan tulus atau melakukannya dengan disertai rasa bersalah, malu, dan tidak layak. Semuanya ini justru membatasi kebahagiaan yang diharapkan dalam menerima.

Mengapa kita memberikan kata-kata pujian atau hadiah-hadiah kepada orang lain? Karena kita ingin orang lain merasakan sukacita, dan hal ini juga akan memberikan kebahagiaan yang sama bagi kita. Kita tentu tidak ingin orang yang menerima hadiah dari kita merasa tidak nyaman. Kita ingin mereka bahagia dan menerima pemberian kita dari hati dengan lega. Saya bertanya-tanya, seberapa sering kita menerima dengan sikap seperti itu. Seberapa sering kita bisa menerima dengan lega, tanpa ada perasaan atau perkataan menggelisahkan seperti "Kamu seharusnya tidak menerimanya!" atau "Aku tidak memintamu menerima hadiah" atau pemikiran yang tak terucap untuk tidak terlalu menikmati hadiah seperti orang lain?

Untuk menjadi seperti Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengalami dan menikmati, baik dalam hal memberi maupun menerima. Dia juga menghendaki kita untuk hidup bahagia dan bergembira karena anugerah-anugerah-Nya yang sangat berharga. Tanpa ragu Dia mengharapkan kita untuk menerima, sama seperti Dia menerima pujian dan penyembahan kita dengan terbuka dan senang hati. Saya teringat seorang dekan di kampus saya, yang memimpin kira-kira 40 mahasiswa di persekutuan yang sangat informal dan dinamis, saat kami duduk di lantai sambil membicarakan tentang kehidupan. Beberapa potong roti diedarkan dan masing-masing mengambil sebagian kecil, namun tak disangka dekan itu mengambil segenggam roti. Ketika saya menanyakan mengapa dia mengambil sebanyak itu, dia menjawab, "Saya ingin mendapatkan Yesus sebanyak yang bisa saya dapatkan."

Sikap menerima tanpa terpaksa, bukan hanya memberi, dari hati dan pikiran yang tulus murni, harus menjadi respons konsisten kita terhadap orang-orang yang memberikan kata-kata pujian dan hadiah-hadiah yang berharga kepada kita. Hal ini memang benar, khususnya selama Natal ini, ketika kita mengingat Allah yang telah memberikan hadiah terbaik-Nya bagi orang-orang yang Dia kasihi, termasuk Anda.

Hati yang menerima dengan ucapan syukur itu benar adanya.

HADIAH SEMPURNA

"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani... jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati... siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." 
(Roma 12:7-8)

Pada masa pemberian hadiah di Natal ini, kebanyakan dari kita sibuk mencari hadiah paling sempurna yang sulit diperoleh. Izinkan saya mengingatkan Anda, bahwa Anda sudah memiliki hadiah paling ideal untuk diberikan.

Anda tidak harus pergi ke pusat pertokoan terdekat untuk menemukannya. Anda tidak perlu mencarinya di katalog. Hadiah itu sudah ada di rumah Anda. Hadiah itu sangat berharga tetapi tidak ada label harganya. Ukurannya tidak pernah salah. Anda tidak perlu memasang bagian apa pun. Anda bahkan tidak perlu membungkusnya dengan kertas kado yang indah.

Hadiah sempurna itu adalah diri Anda sendiri!

Natal adalah saat yang menyenangkan untuk mengadakan perayaan, namun bagi banyak orang Natal adalah hari yang sunyi. Di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan kata-kata penguatan. Jadi, daripada membeli barang-barang yang tidak bertahan lama, cobalah berikan sesuatu dari diri Anda -- sebuah senyuman, kata-kata yang manis, sebuah kartu ucapan, atau kunjungan. Sesungguhnya inilah hadiah yang selalu memberi.

Renungan pribadi:
Cara kreatif apa yang bisa saya berikan dari diri sendiri pada hari Natal ini?

Arti NATAL Yang Sebenarnya

  Satu minggu sebelum Natal, saya kedatangan tamu. Begini ceritanya:
  Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika saya mendengar suara
  berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar dan saya amat
  terkejut, Sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon Natal.

  Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya. Malahan saya
  melihat air mata di sudut matanya. "Apa yang sedang Anda lakukan?"
  saya bertanya. "Saya datang untuk mengingatkan kamu, AJARILAH
  ANAK-ANAK!" kata Sinterklas. Saya menjadi bingung, apa yang
  dimaksudkannya? Kemudian dengan gerak cepat Sinterklas memungut
  sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan
  bingung, Sinterklas berkata, "Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka
  arti Natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan
  oleh banyak anak."

  Sinterklas merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah POHON
  NATAL mini. "Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau
  sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia.
  Semua ujung daunnya mengarah ke atas, mengingatkan kita bahwa segala
  pikiran kita di masa Natal hanya terarah pada surga."

  Ia memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah BINTANG
  cemerlang. "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi
  akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang
  Penyelamat bagi dunia, dan bintang adalah tanda Tuhan menepati
  janji-Nya."

  Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tasnya dan mengeluarkan
  sebatang LILIN. "Ajarilah anak-anak bahwa Kristus adalah terang
  dunia, dan ketika kita melihat terang lilin kita diingatkan
  kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan."

  Sekali lagi ia memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan
  sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon Natal. "Ajarilah
  anak-anak bahwa lingkaran melambangkan cinta sejati yang tidak akan
  pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus, tidak
  hanya saat Natal tetapi sepanjang tahun."

  Kemudian dari tasnya, ia mengeluarkan hiasan SINTERKLAS. "Ajarilah
  anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati dan
  segala niat baik yang kita rasakan sepanjang bulan Desember."

  Selanjutnya, ia mengeluarkan sebuah HADIAH dan berkata "Ajarilah
  anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia
  memberikan anaknya yang tunggal." Terpujilah Allah atas hadiah-Nya
  yang demikian mengagumkan itu. "Ajarilah anak-anak bahwa para majus
  datang menyembah sang Bayi Kudus dan mempersembahkan emas, kemenyan,
  dan mur. Hendaknya kita memberi dengan semangat seperti para majus."

  Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN
  coklat berbentuk TONGKAT dan menggantungkannya di pohon Natal.
  "Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para
  gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan
  kawanannya dan tersesat, maka gembala datang dan menuntun mereka
  kembali. Batangan permen ini mengingatkan kita bahwa kita adalah
  penjaga saudara-saudara kita, sekali waktu orang-orang yang telah
  lama pergi meninggalkan gereja membutuhkan pertolongan untuk kembali
  ke pangkuan Gereja. Selayaknya kita berdaya upaya untuk menjadi
  gembala-gembala yang baik dan menuntun mereka pulang ke rumah."

  Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah
  boneka MALAIKAT. "Ajarilah anak-anak bahwa para malaikat yang
  mewartakan kabar sukacita kelahiran sang Penyelamat. Para malaikat
  itu bernyanyi, 'Kemuliaan bagi Allah di surga dan damai di bumi bagi
  manusia.' Sama seperti para malaikat di Betlehem, kita patut
  mewartakan Kabar Gembira tersebut kepada keluarga dan teman-teman.
  Immanuel - Tuhan beserta kita!"

  Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya dan saya
  melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata, "Ingat, ajarilah
  anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat
  perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal
  yang sebenarnya: Immanuel - Tuhan beserta kita." Setelah itu,
  secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.

  Seperti biasa, Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi
  saya dan anak-anak. suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah
  membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya dan arti
  kedatangan Yesus ke dunia. Saya tahu, bagi saya dan anak-anak, Natal
  ini akan menjadi Natal yang terindah karena Immanuel - Tuhan Beserta
  Kita!

Memanfaatkan Waktu Libur

  Pikirkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dan luangkanlah waktu
  untuk mendapatkan jawabannya. Apa yang paling berarti bagi Anda
  tentang liburan? Seperti apa "Hari Ucapan Syukur" dan Natal yang
  luar biasa bagi Anda? Banyak orang berkata bahwa yang membuat hari
  libur ini hebat adalah waktu untuk menikmati hubungan dengan
  keluarga dan teman-teman Anda, waktu untuk berfokus kembali dengan
  hal-hal yang sangat penting, merayakan kelahiran Yesus, dan
  melakukan kebaikan untuk orang lain dan seterusnya.

  Sebaliknya, apa yang membuat liburan Anda berbalik menjadi buruk?
  Mungkinkah Anda terlalu banyak menghabiskan waktu dengan keluarga
  dan teman-teman Anda? Kurangnya waktu untuk berfokus pada hal-hal
  yang benar-benar penting? Membuat jadwal liburan yang terlalu padat?
  Kebanyakan orang menganggap film "Christmas Vacation" sangat lucu
  karena film ini sangat mirip dengan keadaan di rumah. Film tersebut
  bercerita tentang rencana Natal yang gagal. Tokoh dalam film
  tersebut membangun harapan akan "momen spesial sepanjang tahun" dan
  mereka menjadi frustrasi ketika apa yang terjadi tidak seperti yang
  mereka bayangkan.

  Untuk menghindari Natal seperti ini dan merasakan liburan yang
  menyenangkan, ingatlah tip-tip penting berikut ini yang akan
  membantu Anda menyegarkan pikiran Anda dan seluruh keluarga.

  1. Bertanggungjawablah atas harapan, pilihan, dan emosi Anda
      sendiri. Jika Anda mengharapkan Natal yang bersalju dan ternyata
      tidak bersalju, janganlah merusak hari libur orang lain dengan
      kekesalan Anda. Terkadang Anda mendapatkan tekanan dari keluarga
      untuk melakukan sesuatu yang enggan atau tidak bisa Anda lakukan.
      Jika Anda memutuskan untuk melakukannya, maka laksanakanlah
      keputusan Anda dan lakukanlah dengan sikap yang baik.

  2. Kerjakanlah dengan "baik" saat Anda membuat rencana, persiapan,
      beres-beres, dan membuat dekorasi. Tidak ada yang sempurna dan
      orang lain tidak akan memerhatikannya.

  3. Seimbangkan tidur, nutrisi, dan olahraga. Anda perlu menjaga
      ketiganya.

  4. Bersikaplah realistis dalam mengatur jadwal Anda. Belajarlah
      berkata "tidak" untuk beberapa hal. Berhentilah berusaha membuat
      semua orang bahagia. Jika Anda dapat membuat puas sebagian besar
      orang saja, Anda sudah hebat.

  5. Jika anak-anak Anda tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan,
      tidak apa-apa. Sebenarnya, sangatlah baik jika Anda dapat
      mendorong anak-anak Anda untuk memikirkan orang lain di
      saat-saat seperti ini. Ajaklah mereka membantu tetangga Anda
      yang sudah tua yang kesepian dengan membawakan makanan. Ajaklah
      mereka berbelanja di sebuah acara bakti sosial. Kegiatan ini
      akan menolong mereka bersemangat dengan hari libur mereka bukan
      berfokus pada "Aku", "Aku", dan "Aku".

  6. Jika Anda kedatangan tamu-tamu yang tidak bisa membaca isyarat
      Anda untuk pergi, tegaslah. Buatlah perencanaan saat Anda tahu
      sepupu Anda akan bertamu sampai larut dan berbincang-bincang
      bersama. Buatlah rencana yang mampu membuatnya pulang tepat
      waktu.

  7. Tentang kesedihan. Anda mungkin sedang bersedih selama liburan
      karena orang yang kita kasihi meninggal. Luangkanlah beberapa
      waktu untuk membiarkan diri Anda bersedih. Bicarakanlah dengan
      pasangan/keluarga. Kenanglah orang yang telah meninggal selama
      liburan.

  8. Tentang masalah-masalah lama keluarga. Jangan gunakan hari libur
      Anda sebagai kesempatan untuk berkonfrontasi mengenai
      kesalahpahaman yang telah lama terjadi antara Anda dan orang
      lain. Carilah saat lain yang tepat.

  9. Tentang uang. Buatlah anggaran dana untuk pengeluaran hari
      libur. Jika Anda terlalu banyak mengeluarkan uang pada bulan
      Desember, Anda akan mengalami "sakit" finansial pada bulan
      Januari.

  10. Setelah semuanya berakhir, janganlah bersedih. Hargailah
      kenangan yang telah Anda ciptakan dan ambillah segala keindahan
      dari momen Ucapan Syukur dan Natal. Jangan hanya fokus pada
      momen klimaks seperti kemeriahan tukar kado, tetapi berfokuslah
      pada hubungan yang Anda miliki. Ingatlah kehidupan orang-orang
      yang telah menyentuh Anda dan Anda dapat memberkati orang lain
      selama hari libur ini. Jika Anda melakukannya, Anda akan sangat
      menikmati hari libur Anda.

  "Aku akan menghargai Natal di hatiku, dan berusaha mengenangnya
  sepanjang tahun."  -- Ebenezer Scrooge

Pergeseran Makna NATAL

  Tatkala kita diundang menghadiri pesta ulang tahun, tentu fokus
  sosok manusia yang mendapat perhatian khusus adalah yang berulang
  tahun itu. Ia akan diberi ucapan, diberi hadiah, dipeluk, dicium,
  diajak bicara, difoto, atau diberi kejutan. Seratus persen pusat
  perhatian tamu undangan ditujukan kepadanya. Alangkah lucu bin
  janggal bila yang berulang tahun justru tidak hadir. Para tamu pasti
  kecewa dan penuh tanda tanya. Demikian juga perayaan Natal.
  Seringkali karena kesibukan mempersiapkan acaranya, Tuhan Yesus pun
  dikesampingkan. Kalau demikian apa makna Natal?

  Jika kita memperingati hari kelahiran Yesus, tanpa kehadiran-Nya
  tentu aneh, bukan? Namun, kenyataannya hal ini banyak terjadi.
  Ketika Natal dirayakan yang ada hanya hura-hura, makan-makan, bahkan
  pesta mabuk-mabuk. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa
  kelahiran Yesus merupakan kelahiran seorang Raja yang membawa damai
  sejahtera (shalom). Dengan demikian, seandainya ada perayaan Natal
  tanpa Yesus tentu menjadi suatu perayaan yang hampa.

  Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari
  kelahiran Yesus Kristus. Kelahiran Yesus merupakan kelahiran yang
  ajaib dan sudah dinubuatkan sejak dahulu kala oleh para nabi. Yesus
  yang lahir itu adalah Mesias yang diurapi dan juga disebut sebagai
  Imanuel atau Allah menyertai kita. Di dalam Mikha 5:1 juga sudah
  disebutkan bahwa Mesias itu akan lahir di kota Betlehem dan itu
  digenapi tatkala Yesus lahir. Selain itu, Kejadian 49:10 juga
  menyebutkan bahwa Mesias dilahirkan sebelum pemerintahan Yahudi
  dihancurkan. Sedangkan Daniel 9:25 mencatat bahwa tujuh kali tujuh
  masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa Yerusalem akan dibangun
  kembali sebelum kedatangan sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa
  sejak Perjanjian Lama kelahiran Mesias sudah dinubuatkan; baik
  tempat, waktu, garis keturunan serta cara Yesus dilahirkan.

  Semenjak Adam dan Hawa tidak taat kepada Tuhan, dengan alasan ular
  yang menggoda mereka memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka
  Allah sudah memutuskan hubungan dengan mereka. Tidak
  tanggung-tanggung, manusia yang berdosa itu divonis mati. Namun
  ternyata Allah tidak dapat melawan natur-Nya yang penuh kasih itu,
  sehingga Ia tidak langsung menghukum manusia itu dengan kematian.
  Diam-diam Ia merancang suatu rencana dahsyat, yakni menyelamatkan
  manusia yang berdosa itu.

  Allah itu seperti seorang bapa yang tidak rela mencelakakan
  anak-anaknya. Bagaimanapun bejatnya manusia masih ada kesempatan
  yang terbuka bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Itulah sebabnya
  Yohanes 3:16 menuliskan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
  ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
  setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
  hidup yang kekal." Hidup manusia begitu terbatas di dunia ini, ia
  butuh suatu "oknum" yang memunyai kuasa tidak terbatas untuk
  menyelamatkan mereka. Dunia merupakan tempat tumpangan (transit)
  sementara bagi umat manusia, jadi suatu hari nanti manusia pasti
  meninggalkannya. Masalahnya, pada saat manusia itu ditentukan harus
  meninggalkan dunia ini, ke mana ia akan melangkah? Banyak orang
  tidak tahu akan ke mana. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak ada di
  dalam kehidupannya. Yohanes 14:6 mencatat "Akulah jalan dan
  kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
  kalau tidak melalui Aku". Jelas sekali Yesus memegang peranan
  penting di dalam hidup kita ini, tanpa Dia kita akan binasa. Itu
  sebabnya kehadiran Tuhan Yesus di dalam Natal yang kita rayakan
  begitu penting.

  Berita Natal adalah berita sukacita. Malaikat memproklamirkan kabar
  kesukaan sehingga semua orang bernyanyi, memuji-muji, dan memuliakan
  Tuhan. Bayi Yesus saat ini tidak ada di kandang domba lagi. Yesus
  telah tumbuh menjadi dewasa dan mati menebus dosa-dosa kita di atas
  kayu salib serta bangkit kembali pada hari ketiga. Yang paling
  penting adalah tatkala peristiwa Natal ini, Tuhan Yesus juga lahir
  di dalam hati kita masing-masing, supaya hidup kita diperbarui.

  Apa bedanya perayaan Natal yang dilakukan oleh orang-orang di luar
  gereja dengan perayaan Natal orang-orang percaya? Satu-satunya
  perbedaan yang paling mencolok adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Bagi
  orang di luar gereja makna perayaan Natal telah bergeser. Mereka
  mengartikan Natal sebagai ajang bisnis (obral/diskon), politik, dan
  pesta pora. Bahkan belakangan ini mereka telah mengubah makna dari
  hari yang kudus (Holy Day), menjadi hari libur biasa (Holiday).
  Namun bagi orang percaya semestinya perayaan Natal menjadi perayaan
  untuk memproklamirkan pada dunia bahwa Tuhan Yesus lahir ke dunia
  ini. Dia diutus untuk meyelamatkan umat manusia dari dosa.

  Apalah artinya perayaan Natal kalau kita tidak pernah mengalami
  kasih dari Kristus? Seringkali dunia mencoba mendiskreditkan
  orang-orang percaya karena tanggal kelahiran Yesus tidak pernah kita
  temukan di dalam Alkitab. Namun beberapa penyelidikan menunjukkan
  bahwa kelahiran Yesus terjadi bersamaan dengan peristiwa sensus
  penduduk yang diadakan oleh Kaisar Agustus (bd. Lukas 2:1-7). Saat
  itu raja Herodes sedang berkuasa.

  Secara tradisi, orang-orang percaya jarang merayakan ulang tahun,
  dan perayaan ulang tahun itu biasanya dirayakan oleh orang kafir.
  Gereja mula-mula lebih sering merayakan peristiwa kemenangan Yesus
  -- Paskah. Sejak zaman nenek moyang, perayaan Paskah sudah sangat
  populer. Sekitar abad ke-3 barulah orang-orang Kristen di Mesir
  merayakan Natal. Itu pun bukan 25 Desember. Pada abad ke-4 gereja di
  Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, yaitu memakai
  tanggal 25 Desember, dan berlangsung sampai hari ini.

  Terlepas dari segala perdebatan yang ada, sebagai orang-orang
  percaya yang sejati, kita tidak perlu memperdebatkan 25 Desember
  sebagai tanggal patokan kelahiran Yesus. Natal bagi kita adalah
  peringatan bahwa Tuhan Yesus pernah lahir di dunia ini. Lebih dari
  itu, Yesus juga lahir di dalam hati serta hidup kita. Yesus yang
  lahir ke dunia ini bukan sembarang manusia, Ia adalah Allah yang
  menjadi manusia. Tugas kedatangan-Nya ke dunia ini adalah
  menyelamatkan manusia. Ia harus menempuh kematian di atas kayu salib
  karena dosa-dosa kita, naik ke surga, dan menawarkan hidup kekal
  kepada kita yakni hidup bersama-sama Tuhan Yesus di surga untuk
  selama-lamanya. Suatu tawaran yang sangat berharga! Inilah makna
  Natal yang sejati. Apakah Anda sudah mengalaminya?

Lawatan ILAHI Yang Memperbaharui

 "Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat,
  katanya: Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
  dan membawa kelepasan baginya." (Lukas 1:67-68)

  Natal adalah peristiwa ketika Allah melawat umat-Nya. Lawatan ilahi
  tersebut membawa pembaruan dalam diri orang-orang yang terlibat di
  dalamnya. Salah satunya, Zakharia.

  Siapakah Zakharia? Ia adalah seorang imam, keturunan Harun, seorang
  dari suku Lewi. Ia berasal dari rombongan Abia. Menurut 1 Tawarikh
  24:1-6, para imam dibagi ke dalam 24 rombongan untuk melayani di
  Bait Allah. Rombongan Abia, rombongannya Zakharia, adalah salah satu
  dari ke-24 rombongan tersebut (24:10). Setiap rombongan bertugas dua
  kali dalam setahun, tiap kali selama satu minggu.

  Zakharia memiliki istri yang berasal dari keturunan imam juga, yaitu
  Elisabet. Keduanya digambarkan sebagai orang-orang yang "benar di
  hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan
  dengan tidak bercacat" (Lukas 1:6). Ungkapan tersebut tidak dimaksud
  untuk menyatakan kesempurnaan mereka, tetapi kesetiaan mereka dalam
  melayani Tuhan.

  Sekalipun mereka melayani dengan setia, hingga usia tua mereka belum
  juga dikaruniai anak. Pada masa itu, memiliki atau tidak memiliki
  anak dipahami sebagai keadaan yang diberkati atau tidak diberkati
  oleh Tuhan. Namun, melawan pandangan umum tersebut, penulis Injil
  Lukas menekankan bahwa penyebab Zakharia dan Elisabet tidak memiliki
  anak hingga usia tua mereka bukan karena mereka tidak hidup benar di
  hadapan Tuhan.

  Akhirnya, ketika Zakharia sedang bertugas di Bait Allah, terjadilah
  sesuatu yang tidak disangka-sangka. Karena anugerah Tuhan, Zakharia
  terpilih untuk masuk ke Bait Allah dan membakar ukupan di sana.
  Tugas tersebut sangat istimewa, karena tidak semua imam
  berkesempatan untuk melakukannya. Selain itu, menurut peraturan
  keagamaan saat itu, seorang imam hanya berkesempatan membakar ukupan
  sekali saja di sepanjang hidupnya.

  Pada kesempatan yang sangat istimewa itulah Tuhan melawat pasangan
  tersebut melalui kehadiran malaikat Gabriel. Allah menyatakan, bahwa
  Ia berkenan menjawab doa-doa mereka dengan cara yang istimewa.
  Tampaknya, kala itu Zakharia sudah tidak terlalu berharap untuk
  memiliki anak, mengingat usia istrinya sudah cukup lanjut. Bisa jadi
  umur mereka sudah lebih dari 60 tahun. Karena itu, berita yang
  disampaikan Gabriel sulit dipercayainya!

  Tuhan berjanji akan memberikan kepada mereka seorang anak yang
  istimewa. Anak itu akan mendatangkan sukacita bukan hanya bagi orang
  tuanya, tetapi juga bagi seluruh Israel. Anak itu akan menjadi besar
  di hadapan Tuhan, dikuduskan untuk mengerjakan tugas khusus dari
  Tuhan. Ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam rahim ibunya. Dan
  lebih jauh lagi, ia akan dipakai Tuhan dengan kuat kuasa seperti
  yang dimiliki Elia, untuk membawa bangsanya berbalik kepada Allah.
  Luar biasa! Bukan hanya seorang anak yang akan diterima pasangan
  Zakharia dan Elisabet, melainkan seorang anak yang istimewa!

  Bagaimanapun, kabar gembira itu sulit untuk dicerna oleh Zakharia.
  "Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: 'Bagaimanakah aku tahu,
  bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah
  lanjut umurnya.'" (Lukas 1:18) Pertanyaan yang tampak wajar tersebut
  ternyata ditanggapi Gabriel dengan keras: "Sesungguhnya engkau akan
  menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
  mana semuanya ini terjadi." (1:20a) Mengapa?

  Dalam kisah berikutnya, Gabriel sang pembawa pesan Allah juga
  menyapa Maria dengan berita yang tidak kalah mengejutkan. Dia akan
  mengandung dan melahirkan sang Juru Selamat. Maria pun terkejut dan
  mengajukan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Zakharia:
  "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
  (Lukas 1:34b) Namun, berbeda dengan jawabannya yang keras kepada
  Zakharia, jawaban Gabriel kepada Maria sangat positif. Bahkan,
  diakhiri dengan kalimat peneguhan: "Sebab bagi Allah tidak ada yang
  mustahil." (1:37)

  Mengapa begitu? Rupanya, Tuhan yang mengenal hati manusia tahu bahwa
  kedua pertanyaan yang serupa tersebut -- pertanyaan Zakharia dan
  pertanyaan Maria -- dilandasi dua sikap hati yang sangat berbeda.
  Pertanyaan Zakharia dilandasi sikap hati yang tidak percaya.
  "[E]ngkau tidak percaya," kata Gabriel kepadanya (Lukas 1:20).
  Sedangkan Maria, dalam ketidakmengertiannya, merendahkan hati dan
  menyerahkan dirinya ke tangan Tuhan: "Sesungguhnya aku ini adalah
  hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (1:38)

  Di sini kita melihat suatu ironi. Zakharia adalah seorang rohaniwan
  senior, namun ia tidak siap untuk meyakini janji Tuhan yang
  melampaui akalnya. Sedangkan Maria masih muda belia, awam, namun ia
  mau memercayakan dirinya kepada janji Tuhan yang melampaui akalnya.

  Apakah Zakharia tidak sadar bahwa yang sedang berbicara dengannya
  adalah seorang malaikat? Seharusnya sadar. Apalagi perjumpaan itu
  terjadi di Bait Allah. Tidak mungkin seorang manusia biasa dapat
  "nyelonong" masuk dan berpura-pura jadi malaikat. Lantas, mengapa
  Zakharia tetap sulit untuk memercayai apa yang dikatakan sang
  malaikat? Dalam hal ini, sikap Zakharia mencerminkan sikap sebagian
  besar dari kita, umat Tuhan yang hidup di masa sekarang. Kita tahu
  bahwa Allah adalah Allah yang mahabaik, mahakuasa, pencipta langit
  dan bumi, namun pada kenyataannya seringkali kita meragukannya.

  Setelah lawatan ilahi itu, Zakharia menjadi orang yang berbeda. Ia
  tidak lagi memahami Tuhan menurut konsepnya sendiri, tapi sebagai
  Pribadi yang benar-benar berdaulat. Tuhan sanggup memenuhkan
  kehendak-Nya, sekalipun hal itu melampaui akal manusia. Tidak heran,
  menyambut kelahiran anaknya, Zakharia menciptakan kidung yang sangat
  indah bagi Allah (Lukas 1:67-79). Inilah salah satu berkat Natal:
  Lawatan ilahi yang memperbarui. Kelahiran Yohanes Pembaptis telah
  memperbarui hidup Zakharia.

  Kiranya Natal kali ini menjadi saat perjumpaan Saudara dengan Allah.
  Perjumpaan yang akan memperbarui hidup Saudara!