Keluarga didesain Tuhan agar manusia dapat
hidup dan dibesarkan dalam kasih. Puncak kasih adalah penyatuan, bukan
hanya keintiman. Di dalam keluarga, kasih antara dua individu mengecap
titik tertingginya. Di dalam keluarga, anak bertumbuh dalam kasih dan
belajar mengasihi. Secara alamiah kita mengasihi anak, sebab anak adalah
darah dan daging -- perpanjangan diri -- kita. Kasih adalah gizi mutlak
yang diperlukan anak untuk dapat bertumbuh dengan sehat. Bahkan, di
dalam keluarga pula anak belajar mengasihi. Setelah menerima kasih, anak
belajar membalas kasih orang tua, dan pada akhirnya ia pun belajar
mengasihi kakak, adik, teman, dan orang-orang di sekitarnya. Inilah
rencana Tuhan untuk keluarga. Itulah sebabnya, dari semua ciptaan-Nya,
hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga.
Keluarga juga
merupakan miniatur relasi Tuhan dengan manusia. Allah adalah Bapa, dan
kita adalah anak-anak-Nya. Kita diciptakan Tuhan dan menerima napas
kehidupan dari Tuhan. Kita dikasihi Tuhan, sebab Ia adalah kasih, dan Ia
telah menetapkan kita untuk menjadi penerima kasih-Nya. Surga pun
merupakan sebuah keluarga, Allah adalah Bapa dan Kristus adalah Putra
Allah. Namun, Allah Bapa rela melepaskan Putra-Nya untuk meninggalkan
surga, turun ke dunia, dan akhirnya mati untuk menggantikan kita,
anak-anak Allah.
Jadi, Natal adalah kisah sedih seorang Bapa yang
merelakan kematian Putra-Nya, demi menyelamatkan anak-anak-Nya yang
lain. Sesungguhnya, kita, anak-anak-Nya, bukanlah anak-anak-Nya yang
baik. Kita melawan-Nya, meninggalkan-Nya, bahkan menolak mengakui-Nya
sebagai Bapa. Namun, Ia tetap mengasihi kita; Ia mengundang kita kembali
ke rumah-Nya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Kendati untuk
melakukan semua itu, Ia harus mengorbankan Putra-Nya, Yesus Kristus.
Natal adalah kisah kasih antara Bapa kepada anak-anak-Nya. Natal adalah
bukti kasih Bapa kepada anak-anak-Nya.
Apakah yang seharusnya menjadi respons kita selaku orang tua kepada Tuhan sewaktu kita memperingati Natal?
Pertama,
ajaklah anak Anda untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya
yang begitu besar. Bacalah kisah Natal (Matius 1:18 s/d 2:1-12; Lukas
2:1-20), kemudian bacalah Filipi 2:5-11 untuk menjelaskan makna
pengorbanan kedatangan Kristus ke dunia. Berilah kesempatan kepada
setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa, yang
telah rela melepaskan Kristus datang ke dunia untuk mati bagi kita.
Kedua,
bagikanlah perasaan kita sebagai orang tua, jika kita harus merelakan
kepergian seorang anak, agar dapat membawa pulang anak yang lain.
Tanyakanlah kepada anak, bagaimana perasaannya bila itu harus terjadi
pada keluarganya ini. Jelaskanlah kepadanya bahwa inilah yang terjadi
pada waktu Natal, Allah Bapa harus melepaskan Putra-Nya, Kristus, supaya
kita bisa pulang kembali ke rumah Bapa.
Ketiga, ceritakan kepada
anak Anda bahwa Tuhan mengasihi kita anak-anak-Nya, kendati kita
melawan-Nya dan tidak mau mendengarkan-Nya. Bagikanlah pengalaman
pribadi kita kepada anak, bagaimanakah dulu kita pun melawan Tuhan dan
menolak mendengarkan-Nya. Kemudian tanyakanlah kepada anak, bagaimanakah
ia telah melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya.
Keempat,
karena Natal adalah bukti kasih Allah, ajaklah anak untuk menyatakan
bukti kasih kepada Allah. Selain dari dorongan untuk memberi dan
berkorban bagi yang lain, tekankanlah bahwa kedatangan Kristus pada hari
Natal adalah untuk mengajak anak-anak-Nya yang telah meninggalkan-Nya
untuk kembali kepada-Nya. Tanyakanlah kepada anak, siapakah yang ingin
ia doakan dan ajak untuk mengenal Kristus. Setelah itu doakanlah
bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar