Kamis, 06 September 2012

Hari Natal Yang Disyukuri Dan Digugat

Nats :Lukas 2:10-14;202:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Pendahuluan:

Sekalipun ada yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan pernah tinggal di Yudea dan lahir di Betlehem yang dikenal sebagai peristiwa Natal, sejarah dunia mencatat bahwa itu terjadi sekitar tahun '0' dalam penanggalan Gregorian yang dikaitkan dengan kelahiran Yesus. Bukan tanpa arti kalau dunia mengakui bahwa sebelum tahun '0' disebut sebagai BC (Before Christ) dan sesudahnya disebut AD (Anno Domini = Tahun Tuhan) atau bila digabung mengungkapkan bahwa Yesus adalah 'Kristus dan Tuhan.'
Sekalipun ada usaha menghilangkan arti religious dari 'BC' yang diganti BCE (Before Common Era) dan 'AD" diganti CE (Common Era), namun baik siaran  internasional Discovery, BBC, maupun National Geographc masih sering menggunakan istilah 'BC' dan 'AD.' 

Hari Natal Pertama

Hari Natal pertama tercatat secara jelas dalam Kitab Injil Matius 1:18-2:11 dan Lukas 2:1-20, peristiwa mana terjadi ketika kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus dimana penduduk harus mendaftar ulang di tempat asal kelahiran mereka. Dari sejarah kita mengetahui bahwa kaisar Agustus memerintah sekitar tahun 30sM - 14M. Namun, kapan ia mengadakan sensus?
Dari data Alkitab kita mengetahui bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, Yudea diperintah oleh raja Herodes Agung (37 - 4sM) yang kejam bahkan sampai hati ia memerintahkan membunuh bayi-bayi di Betlehem (Mat.2:16-18). Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa waktunya tidak lebih lambat dari tahun 4sM, dan
karena Herodes meninggal tidak lama setelah kelahiran Yesus, maka kemungkinan Yesus lahir antara tahun 6 - 4sM, dan bukan pada tahun 0 Gregorian. 

Sekarang, pada tanggal dan bulan apa Yesus dilahirkan? 

Benarkah seperti yang dikatakan tradisi gereja yang menyebut tanggal 25 Desember? Kelihatannya
bulan dan tanggal itu tidak tepat, soalnya pada bulan Desember - Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh kembali ke kota kelahiran dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil besar juga mesti melakukannya. Namun, kalau bukan bulan Desember bulan apa?
Ada pendapat selain bulan Desember itu, yaitu dikemukakan bahwa Yesus dilahirkan kemungkinannya di bulan Mei-Juni karena iklimnya menunjang.
Berdasarkan Lukas 1:26 dimana dikatakan: "Dalam bulan yang keenam Allah  menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret."
Berdasarkan hal ini ada yang mengatakan karena di jaman Yesus bulan pertama itu bulan Maret, maka 6 bulan ke depan berarti bulan Agustus. Dari Agustus hitung 9 bulan Yesus dikandung maka jatuh antara bulan Mei-Juni. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada bulanTishri (September -
Oktober) yaitu pada hari Raya Pondok Daun, dimana iklimnya juga menunjang.
Argumentasi ini didasarkan waktu penugasan imam besar Zakharia masuk ke Bait Allah adalah sekitar bulan Siwan (Mei - Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun. Lalu mengapa diadakan pada tanggal 25 Desember?

Umat Kristen abad pertama tidak merayakan hari Natal, bagi mereka kekristenan berpusat pada rangkaian pengajaran Yesus, perjamuan malam menjelang hari penyaliban, dengan puncak kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai hari Paskah. Sejak abad-3 gereja Timur (Orthodox) merayakan hari 'Epifani' (manisfestasi) pada tanggal 6 Januari untuk merayakan hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan yang sekaligus mencakup peringatan akan kelahiranNya. Perayaan Epifania masih dirayakan gereja Timur hingga kini dengan memberkati air baptisan dan sungai Yordan. Di gereja Barat, hari Epifani juga dirayakan untuk mengingat kunjungan para Majus, dan  untuk mengenang peristiwa sekitar manifestasi kelahiran Yesus di Betlehem.

Mengapa 25 Desember ?

Pada tahun 274, di Roma kaisar Aurelius menetapkan dimulai perayaan hari kelahiran Matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju Matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa kaisar Konstantin, banyak orang Kristen baru di Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan 'kelahiran Matahari' itu menjadi perayaan 'kelahiran Matahari Kebenaran' dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan 'Natal' sebagai pengganti perayaan 'Epifani' pada tanggal 6 Januari. Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang menjadi raja Kristen. 

Perayaan Natal pada tanggal 25
 
Desember kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain.
Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa Matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa Matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser perayaan tanggal 6 Januari (Epifani) menjadi 25 Desember (Natal), dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi yang berkaitan dengan dewa Matahari yang perayaan Saturnatlianya diadakan seminggu sebelumnya (17 s/d 24 Desember). Sejak itu pula umat Kristen tidak  ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, dan perayaan seminggu saturnalia juga tidak dirayakan dan juga asal perayaan Natal yaitu hari Epifani sudah diadakan jauh sebelum kaisar Aurelius menentukan 'Perayaan Hari Matahari' pada tanggal 25 Desember. Umat kristen umumnya merayakan empat minggu 'Advent' sebagai persiapan menuju hari kenangan menghadapi kenangan kehadiran Firman yang menjadi Daging itu yang dikenal sebagai hari Natal.

Makna Hari Natal Sebenarnya

Berdasarkan sejarahnya, maka tidak perlu mengkait-kaitkan hari Natal dengan hari Dewa Matahari dan umat kristen pun tidak pernah memikirkan atau menganggapnya begitu, apalagi sejak awal, kekristenan sudah menyebar kemana-mana diluar imperium Romawi dan jauh dari kota Roma dengan kepercayaan tradisional hari Mataharinya, dan inti Natal sudah mengerucut bukan lagi pada tanggal harinya, tetapi pada Allah yang telah mengaruniakan kita Anaknya yang tunggal melalui kelahiran Yesus di Bethlehem untuk menebus dosa umat manusia.
Memang pengaruh tradisi dalam sejarah selalu mempengaruhi kepercayaan seseorang, dan tidak ada satu agama pun yang bebas dari tradisi, agama yahudipun sarat tradisi farisi, namun tugas umat dan gereja Kristen adalah mengusahakan agar makna Hari Natal tidak bergeser dari kenangan akan kelahiran sang juruselamat ke perayaannya yang sering dibumbui tradisi dan dongeng rakyat. Mengkait-kaitan hari Natal dengan Santo Nicholas juga tidak perlu berlebihan karena pemberian hadiah-hadiah kepada anak-anak oleh Santa Claus hanya merupakan salah satu ungkapan kasih Kristiani yang sebenarnya tidak berkaitan dengan hari Natal (pemberian hadiah bukan analogi hadiah orang majus melainkan ungkapan kasih Kristus kepada anak-anak), apalagi tradisi Natal sering dibumbui dengan tradisi mitos rakyat Norwegia mengenai dewa Odin yang biasa menaiki kereta ditarik 7 ekor rusa-kutub yang bisa terbang. Di negeri Belanda, Sinterklaas dirayakan pada tanggal 5 Desember yang bermotif perbudakan dengan budak zwarte piet yang membawa cambuk, di Amerika Serikatlah tradisi Natal dicampur-adukkan menjadi figur Santa Claus, dan didunia komersial perayaan Natal sudah menjadi hari libur dan belanja internasional dan menjadi bisnis besar dimana orang-orang saling memberi hadiah sebagai ungkapan kasih sayang di akhir tahun. Di Ginza, Tokyo-Jepang, disebuah supermarket baru-baru ini dibuat pohon natal emas padahal jimlah penduduk Jepang yang beragama Kristen kurang dari satu persen penduduk Jepang.

Berhubung gugatan akan tanggal Natal tidak menghadirkan alternatif tanggal yang tepat mengingat tidak ada catatan sejarah yang pasti, demikian juga berhubung gugatan akan tanggal hari Natal biasanya diajukan oleh para pengikut aliran sekte yang menolak Kristologi Alkitab dan Allah Tritunggal, maka gugatan damikian tidak perlu membingungkan kita karena inti Natal bukan pada Yesus lahir tanggal dan bulan berapa dan berapa umurnya sekarang, melainkan pada misinya yaitu Firman yang menjadi daging.
Tepat seperti yang ditulis oleh romo A. Heuken S.J. dalam 'Ensiklopedi Gereja' yang menyebutkan bahwa "Natal bukan ulang tahun Yesus, tetapi perayaan keagamaan Sabda Allah turun ke dunia," dan yang penting "perayaan Natal terutama merupakan peringatan yang bermaksud supaya Kristus lahir di dalam hatinya dan agar tahun demi tahun hubungan pribadi itu berkembang, sehingga dengan demikian mengubah dirinya dari dalam hati." Ia mengutip ucapan Angelus Silesius yang berbunyi: "Seandainya pun Jesus dilahirkan seribu kali di Betlehem, tetapi bukan di dalam hati, Anda tetap tidak diselamatkan."

Kemuliaan dan kepujian bagi Allah yang mahatinggi, dan damai sejahtera dan sukacita Natal, dimana telah terjadi kelahiran sang Messias, juruselamat umat manusia, baik kalau kita renungkan dan syukuri dan rayakan bersama setahun-sekali, asalkan dalam kesederhanaan malam hari Natal pertama di
Bethlehem. Jadikanlah Natal sebagai kenangan tahunan akan kelahiran Juruselamat umat manusia tanpa terikat pada tanggal 25 Desember karena umat kristen sudah terbiasa merayakannya sekitar bulan Desember sampai dengan Januari setiap tahun, tapi juga tidak menjadi soal kalau menyelenggarakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember karena ada baiknya agar terjadi keseragaman dikalangan umat kristen diseluruh dunia sambil mensyukuri kemuliaan dan kepujian bagi Allah dalam hidup persekutuan yang mendatangkan damai sejahtera dan sukacita bagi manusia yang dirayakan secara serentak dengan lagu-lagu Natal yang syahdu diseluruh muka bumi sebagai bentuk keesaan akan gereja yang am dan disebarluaskan melalui tayangan film, TV, iPod, Youtube, dan berbagai media komunikasi lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar