Kamis, 06 September 2012

Lawatan ILAHI Yang Memperbaharui

 "Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat,
  katanya: Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
  dan membawa kelepasan baginya." (Lukas 1:67-68)

  Natal adalah peristiwa ketika Allah melawat umat-Nya. Lawatan ilahi
  tersebut membawa pembaruan dalam diri orang-orang yang terlibat di
  dalamnya. Salah satunya, Zakharia.

  Siapakah Zakharia? Ia adalah seorang imam, keturunan Harun, seorang
  dari suku Lewi. Ia berasal dari rombongan Abia. Menurut 1 Tawarikh
  24:1-6, para imam dibagi ke dalam 24 rombongan untuk melayani di
  Bait Allah. Rombongan Abia, rombongannya Zakharia, adalah salah satu
  dari ke-24 rombongan tersebut (24:10). Setiap rombongan bertugas dua
  kali dalam setahun, tiap kali selama satu minggu.

  Zakharia memiliki istri yang berasal dari keturunan imam juga, yaitu
  Elisabet. Keduanya digambarkan sebagai orang-orang yang "benar di
  hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan
  dengan tidak bercacat" (Lukas 1:6). Ungkapan tersebut tidak dimaksud
  untuk menyatakan kesempurnaan mereka, tetapi kesetiaan mereka dalam
  melayani Tuhan.

  Sekalipun mereka melayani dengan setia, hingga usia tua mereka belum
  juga dikaruniai anak. Pada masa itu, memiliki atau tidak memiliki
  anak dipahami sebagai keadaan yang diberkati atau tidak diberkati
  oleh Tuhan. Namun, melawan pandangan umum tersebut, penulis Injil
  Lukas menekankan bahwa penyebab Zakharia dan Elisabet tidak memiliki
  anak hingga usia tua mereka bukan karena mereka tidak hidup benar di
  hadapan Tuhan.

  Akhirnya, ketika Zakharia sedang bertugas di Bait Allah, terjadilah
  sesuatu yang tidak disangka-sangka. Karena anugerah Tuhan, Zakharia
  terpilih untuk masuk ke Bait Allah dan membakar ukupan di sana.
  Tugas tersebut sangat istimewa, karena tidak semua imam
  berkesempatan untuk melakukannya. Selain itu, menurut peraturan
  keagamaan saat itu, seorang imam hanya berkesempatan membakar ukupan
  sekali saja di sepanjang hidupnya.

  Pada kesempatan yang sangat istimewa itulah Tuhan melawat pasangan
  tersebut melalui kehadiran malaikat Gabriel. Allah menyatakan, bahwa
  Ia berkenan menjawab doa-doa mereka dengan cara yang istimewa.
  Tampaknya, kala itu Zakharia sudah tidak terlalu berharap untuk
  memiliki anak, mengingat usia istrinya sudah cukup lanjut. Bisa jadi
  umur mereka sudah lebih dari 60 tahun. Karena itu, berita yang
  disampaikan Gabriel sulit dipercayainya!

  Tuhan berjanji akan memberikan kepada mereka seorang anak yang
  istimewa. Anak itu akan mendatangkan sukacita bukan hanya bagi orang
  tuanya, tetapi juga bagi seluruh Israel. Anak itu akan menjadi besar
  di hadapan Tuhan, dikuduskan untuk mengerjakan tugas khusus dari
  Tuhan. Ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam rahim ibunya. Dan
  lebih jauh lagi, ia akan dipakai Tuhan dengan kuat kuasa seperti
  yang dimiliki Elia, untuk membawa bangsanya berbalik kepada Allah.
  Luar biasa! Bukan hanya seorang anak yang akan diterima pasangan
  Zakharia dan Elisabet, melainkan seorang anak yang istimewa!

  Bagaimanapun, kabar gembira itu sulit untuk dicerna oleh Zakharia.
  "Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: 'Bagaimanakah aku tahu,
  bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah
  lanjut umurnya.'" (Lukas 1:18) Pertanyaan yang tampak wajar tersebut
  ternyata ditanggapi Gabriel dengan keras: "Sesungguhnya engkau akan
  menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
  mana semuanya ini terjadi." (1:20a) Mengapa?

  Dalam kisah berikutnya, Gabriel sang pembawa pesan Allah juga
  menyapa Maria dengan berita yang tidak kalah mengejutkan. Dia akan
  mengandung dan melahirkan sang Juru Selamat. Maria pun terkejut dan
  mengajukan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Zakharia:
  "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
  (Lukas 1:34b) Namun, berbeda dengan jawabannya yang keras kepada
  Zakharia, jawaban Gabriel kepada Maria sangat positif. Bahkan,
  diakhiri dengan kalimat peneguhan: "Sebab bagi Allah tidak ada yang
  mustahil." (1:37)

  Mengapa begitu? Rupanya, Tuhan yang mengenal hati manusia tahu bahwa
  kedua pertanyaan yang serupa tersebut -- pertanyaan Zakharia dan
  pertanyaan Maria -- dilandasi dua sikap hati yang sangat berbeda.
  Pertanyaan Zakharia dilandasi sikap hati yang tidak percaya.
  "[E]ngkau tidak percaya," kata Gabriel kepadanya (Lukas 1:20).
  Sedangkan Maria, dalam ketidakmengertiannya, merendahkan hati dan
  menyerahkan dirinya ke tangan Tuhan: "Sesungguhnya aku ini adalah
  hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (1:38)

  Di sini kita melihat suatu ironi. Zakharia adalah seorang rohaniwan
  senior, namun ia tidak siap untuk meyakini janji Tuhan yang
  melampaui akalnya. Sedangkan Maria masih muda belia, awam, namun ia
  mau memercayakan dirinya kepada janji Tuhan yang melampaui akalnya.

  Apakah Zakharia tidak sadar bahwa yang sedang berbicara dengannya
  adalah seorang malaikat? Seharusnya sadar. Apalagi perjumpaan itu
  terjadi di Bait Allah. Tidak mungkin seorang manusia biasa dapat
  "nyelonong" masuk dan berpura-pura jadi malaikat. Lantas, mengapa
  Zakharia tetap sulit untuk memercayai apa yang dikatakan sang
  malaikat? Dalam hal ini, sikap Zakharia mencerminkan sikap sebagian
  besar dari kita, umat Tuhan yang hidup di masa sekarang. Kita tahu
  bahwa Allah adalah Allah yang mahabaik, mahakuasa, pencipta langit
  dan bumi, namun pada kenyataannya seringkali kita meragukannya.

  Setelah lawatan ilahi itu, Zakharia menjadi orang yang berbeda. Ia
  tidak lagi memahami Tuhan menurut konsepnya sendiri, tapi sebagai
  Pribadi yang benar-benar berdaulat. Tuhan sanggup memenuhkan
  kehendak-Nya, sekalipun hal itu melampaui akal manusia. Tidak heran,
  menyambut kelahiran anaknya, Zakharia menciptakan kidung yang sangat
  indah bagi Allah (Lukas 1:67-79). Inilah salah satu berkat Natal:
  Lawatan ilahi yang memperbarui. Kelahiran Yohanes Pembaptis telah
  memperbarui hidup Zakharia.

  Kiranya Natal kali ini menjadi saat perjumpaan Saudara dengan Allah.
  Perjumpaan yang akan memperbarui hidup Saudara!

1 komentar:

  1. What is a sports toto? - Sporting 100
    Sports betting (also known as 'betting') means betting on the outcome of a sporting event. As mentioned before, sporting100 sports betting is similar to betting on a

    BalasHapus