Tatkala kita diundang menghadiri pesta ulang tahun, tentu fokus
sosok manusia yang mendapat perhatian khusus adalah yang berulang
tahun itu. Ia akan diberi ucapan, diberi hadiah, dipeluk, dicium,
diajak bicara, difoto, atau diberi kejutan. Seratus persen pusat
perhatian tamu undangan ditujukan kepadanya. Alangkah lucu bin
janggal bila yang berulang tahun justru tidak hadir. Para tamu pasti
kecewa dan penuh tanda tanya. Demikian juga perayaan Natal.
Seringkali karena kesibukan mempersiapkan acaranya, Tuhan Yesus pun
dikesampingkan. Kalau demikian apa makna Natal?
Jika kita memperingati hari kelahiran Yesus, tanpa kehadiran-Nya
tentu aneh, bukan? Namun, kenyataannya hal ini banyak terjadi.
Ketika Natal dirayakan yang ada hanya hura-hura, makan-makan, bahkan
pesta mabuk-mabuk. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa
kelahiran Yesus merupakan kelahiran seorang Raja yang membawa damai
sejahtera (shalom). Dengan demikian, seandainya ada perayaan Natal
tanpa Yesus tentu menjadi suatu perayaan yang hampa.
Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari
kelahiran Yesus Kristus. Kelahiran Yesus merupakan kelahiran yang
ajaib dan sudah dinubuatkan sejak dahulu kala oleh para nabi. Yesus
yang lahir itu adalah Mesias yang diurapi dan juga disebut sebagai
Imanuel atau Allah menyertai kita. Di dalam Mikha 5:1 juga sudah
disebutkan bahwa Mesias itu akan lahir di kota Betlehem dan itu
digenapi tatkala Yesus lahir. Selain itu, Kejadian 49:10 juga
menyebutkan bahwa Mesias dilahirkan sebelum pemerintahan Yahudi
dihancurkan. Sedangkan Daniel 9:25 mencatat bahwa tujuh kali tujuh
masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa Yerusalem akan dibangun
kembali sebelum kedatangan sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa
sejak Perjanjian Lama kelahiran Mesias sudah dinubuatkan; baik
tempat, waktu, garis keturunan serta cara Yesus dilahirkan.
Semenjak Adam dan Hawa tidak taat kepada Tuhan, dengan alasan ular
yang menggoda mereka memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka
Allah sudah memutuskan hubungan dengan mereka. Tidak
tanggung-tanggung, manusia yang berdosa itu divonis mati. Namun
ternyata Allah tidak dapat melawan natur-Nya yang penuh kasih itu,
sehingga Ia tidak langsung menghukum manusia itu dengan kematian.
Diam-diam Ia merancang suatu rencana dahsyat, yakni menyelamatkan
manusia yang berdosa itu.
Allah itu seperti seorang bapa yang tidak rela mencelakakan
anak-anaknya. Bagaimanapun bejatnya manusia masih ada kesempatan
yang terbuka bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Itulah sebabnya
Yohanes 3:16 menuliskan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal." Hidup manusia begitu terbatas di dunia ini, ia
butuh suatu "oknum" yang memunyai kuasa tidak terbatas untuk
menyelamatkan mereka. Dunia merupakan tempat tumpangan (transit)
sementara bagi umat manusia, jadi suatu hari nanti manusia pasti
meninggalkannya. Masalahnya, pada saat manusia itu ditentukan harus
meninggalkan dunia ini, ke mana ia akan melangkah? Banyak orang
tidak tahu akan ke mana. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak ada di
dalam kehidupannya. Yohanes 14:6 mencatat "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku". Jelas sekali Yesus memegang peranan
penting di dalam hidup kita ini, tanpa Dia kita akan binasa. Itu
sebabnya kehadiran Tuhan Yesus di dalam Natal yang kita rayakan
begitu penting.
Berita Natal adalah berita sukacita. Malaikat memproklamirkan kabar
kesukaan sehingga semua orang bernyanyi, memuji-muji, dan memuliakan
Tuhan. Bayi Yesus saat ini tidak ada di kandang domba lagi. Yesus
telah tumbuh menjadi dewasa dan mati menebus dosa-dosa kita di atas
kayu salib serta bangkit kembali pada hari ketiga. Yang paling
penting adalah tatkala peristiwa Natal ini, Tuhan Yesus juga lahir
di dalam hati kita masing-masing, supaya hidup kita diperbarui.
Apa bedanya perayaan Natal yang dilakukan oleh orang-orang di luar
gereja dengan perayaan Natal orang-orang percaya? Satu-satunya
perbedaan yang paling mencolok adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Bagi
orang di luar gereja makna perayaan Natal telah bergeser. Mereka
mengartikan Natal sebagai ajang bisnis (obral/diskon), politik, dan
pesta pora. Bahkan belakangan ini mereka telah mengubah makna dari
hari yang kudus (Holy Day), menjadi hari libur biasa (Holiday).
Namun bagi orang percaya semestinya perayaan Natal menjadi perayaan
untuk memproklamirkan pada dunia bahwa Tuhan Yesus lahir ke dunia
ini. Dia diutus untuk meyelamatkan umat manusia dari dosa.
Apalah artinya perayaan Natal kalau kita tidak pernah mengalami
kasih dari Kristus? Seringkali dunia mencoba mendiskreditkan
orang-orang percaya karena tanggal kelahiran Yesus tidak pernah kita
temukan di dalam Alkitab. Namun beberapa penyelidikan menunjukkan
bahwa kelahiran Yesus terjadi bersamaan dengan peristiwa sensus
penduduk yang diadakan oleh Kaisar Agustus (bd. Lukas 2:1-7). Saat
itu raja Herodes sedang berkuasa.
Secara tradisi, orang-orang percaya jarang merayakan ulang tahun,
dan perayaan ulang tahun itu biasanya dirayakan oleh orang kafir.
Gereja mula-mula lebih sering merayakan peristiwa kemenangan Yesus
-- Paskah. Sejak zaman nenek moyang, perayaan Paskah sudah sangat
populer. Sekitar abad ke-3 barulah orang-orang Kristen di Mesir
merayakan Natal. Itu pun bukan 25 Desember. Pada abad ke-4 gereja di
Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, yaitu memakai
tanggal 25 Desember, dan berlangsung sampai hari ini.
Terlepas dari segala perdebatan yang ada, sebagai orang-orang
percaya yang sejati, kita tidak perlu memperdebatkan 25 Desember
sebagai tanggal patokan kelahiran Yesus. Natal bagi kita adalah
peringatan bahwa Tuhan Yesus pernah lahir di dunia ini. Lebih dari
itu, Yesus juga lahir di dalam hati serta hidup kita. Yesus yang
lahir ke dunia ini bukan sembarang manusia, Ia adalah Allah yang
menjadi manusia. Tugas kedatangan-Nya ke dunia ini adalah
menyelamatkan manusia. Ia harus menempuh kematian di atas kayu salib
karena dosa-dosa kita, naik ke surga, dan menawarkan hidup kekal
kepada kita yakni hidup bersama-sama Tuhan Yesus di surga untuk
selama-lamanya. Suatu tawaran yang sangat berharga! Inilah makna
Natal yang sejati. Apakah Anda sudah mengalaminya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar