Kamis, 06 September 2012

Pergeseran Makna NATAL

  Tatkala kita diundang menghadiri pesta ulang tahun, tentu fokus
  sosok manusia yang mendapat perhatian khusus adalah yang berulang
  tahun itu. Ia akan diberi ucapan, diberi hadiah, dipeluk, dicium,
  diajak bicara, difoto, atau diberi kejutan. Seratus persen pusat
  perhatian tamu undangan ditujukan kepadanya. Alangkah lucu bin
  janggal bila yang berulang tahun justru tidak hadir. Para tamu pasti
  kecewa dan penuh tanda tanya. Demikian juga perayaan Natal.
  Seringkali karena kesibukan mempersiapkan acaranya, Tuhan Yesus pun
  dikesampingkan. Kalau demikian apa makna Natal?

  Jika kita memperingati hari kelahiran Yesus, tanpa kehadiran-Nya
  tentu aneh, bukan? Namun, kenyataannya hal ini banyak terjadi.
  Ketika Natal dirayakan yang ada hanya hura-hura, makan-makan, bahkan
  pesta mabuk-mabuk. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa
  kelahiran Yesus merupakan kelahiran seorang Raja yang membawa damai
  sejahtera (shalom). Dengan demikian, seandainya ada perayaan Natal
  tanpa Yesus tentu menjadi suatu perayaan yang hampa.

  Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari
  kelahiran Yesus Kristus. Kelahiran Yesus merupakan kelahiran yang
  ajaib dan sudah dinubuatkan sejak dahulu kala oleh para nabi. Yesus
  yang lahir itu adalah Mesias yang diurapi dan juga disebut sebagai
  Imanuel atau Allah menyertai kita. Di dalam Mikha 5:1 juga sudah
  disebutkan bahwa Mesias itu akan lahir di kota Betlehem dan itu
  digenapi tatkala Yesus lahir. Selain itu, Kejadian 49:10 juga
  menyebutkan bahwa Mesias dilahirkan sebelum pemerintahan Yahudi
  dihancurkan. Sedangkan Daniel 9:25 mencatat bahwa tujuh kali tujuh
  masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa Yerusalem akan dibangun
  kembali sebelum kedatangan sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa
  sejak Perjanjian Lama kelahiran Mesias sudah dinubuatkan; baik
  tempat, waktu, garis keturunan serta cara Yesus dilahirkan.

  Semenjak Adam dan Hawa tidak taat kepada Tuhan, dengan alasan ular
  yang menggoda mereka memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka
  Allah sudah memutuskan hubungan dengan mereka. Tidak
  tanggung-tanggung, manusia yang berdosa itu divonis mati. Namun
  ternyata Allah tidak dapat melawan natur-Nya yang penuh kasih itu,
  sehingga Ia tidak langsung menghukum manusia itu dengan kematian.
  Diam-diam Ia merancang suatu rencana dahsyat, yakni menyelamatkan
  manusia yang berdosa itu.

  Allah itu seperti seorang bapa yang tidak rela mencelakakan
  anak-anaknya. Bagaimanapun bejatnya manusia masih ada kesempatan
  yang terbuka bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Itulah sebabnya
  Yohanes 3:16 menuliskan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
  ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
  setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
  hidup yang kekal." Hidup manusia begitu terbatas di dunia ini, ia
  butuh suatu "oknum" yang memunyai kuasa tidak terbatas untuk
  menyelamatkan mereka. Dunia merupakan tempat tumpangan (transit)
  sementara bagi umat manusia, jadi suatu hari nanti manusia pasti
  meninggalkannya. Masalahnya, pada saat manusia itu ditentukan harus
  meninggalkan dunia ini, ke mana ia akan melangkah? Banyak orang
  tidak tahu akan ke mana. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak ada di
  dalam kehidupannya. Yohanes 14:6 mencatat "Akulah jalan dan
  kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
  kalau tidak melalui Aku". Jelas sekali Yesus memegang peranan
  penting di dalam hidup kita ini, tanpa Dia kita akan binasa. Itu
  sebabnya kehadiran Tuhan Yesus di dalam Natal yang kita rayakan
  begitu penting.

  Berita Natal adalah berita sukacita. Malaikat memproklamirkan kabar
  kesukaan sehingga semua orang bernyanyi, memuji-muji, dan memuliakan
  Tuhan. Bayi Yesus saat ini tidak ada di kandang domba lagi. Yesus
  telah tumbuh menjadi dewasa dan mati menebus dosa-dosa kita di atas
  kayu salib serta bangkit kembali pada hari ketiga. Yang paling
  penting adalah tatkala peristiwa Natal ini, Tuhan Yesus juga lahir
  di dalam hati kita masing-masing, supaya hidup kita diperbarui.

  Apa bedanya perayaan Natal yang dilakukan oleh orang-orang di luar
  gereja dengan perayaan Natal orang-orang percaya? Satu-satunya
  perbedaan yang paling mencolok adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Bagi
  orang di luar gereja makna perayaan Natal telah bergeser. Mereka
  mengartikan Natal sebagai ajang bisnis (obral/diskon), politik, dan
  pesta pora. Bahkan belakangan ini mereka telah mengubah makna dari
  hari yang kudus (Holy Day), menjadi hari libur biasa (Holiday).
  Namun bagi orang percaya semestinya perayaan Natal menjadi perayaan
  untuk memproklamirkan pada dunia bahwa Tuhan Yesus lahir ke dunia
  ini. Dia diutus untuk meyelamatkan umat manusia dari dosa.

  Apalah artinya perayaan Natal kalau kita tidak pernah mengalami
  kasih dari Kristus? Seringkali dunia mencoba mendiskreditkan
  orang-orang percaya karena tanggal kelahiran Yesus tidak pernah kita
  temukan di dalam Alkitab. Namun beberapa penyelidikan menunjukkan
  bahwa kelahiran Yesus terjadi bersamaan dengan peristiwa sensus
  penduduk yang diadakan oleh Kaisar Agustus (bd. Lukas 2:1-7). Saat
  itu raja Herodes sedang berkuasa.

  Secara tradisi, orang-orang percaya jarang merayakan ulang tahun,
  dan perayaan ulang tahun itu biasanya dirayakan oleh orang kafir.
  Gereja mula-mula lebih sering merayakan peristiwa kemenangan Yesus
  -- Paskah. Sejak zaman nenek moyang, perayaan Paskah sudah sangat
  populer. Sekitar abad ke-3 barulah orang-orang Kristen di Mesir
  merayakan Natal. Itu pun bukan 25 Desember. Pada abad ke-4 gereja di
  Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, yaitu memakai
  tanggal 25 Desember, dan berlangsung sampai hari ini.

  Terlepas dari segala perdebatan yang ada, sebagai orang-orang
  percaya yang sejati, kita tidak perlu memperdebatkan 25 Desember
  sebagai tanggal patokan kelahiran Yesus. Natal bagi kita adalah
  peringatan bahwa Tuhan Yesus pernah lahir di dunia ini. Lebih dari
  itu, Yesus juga lahir di dalam hati serta hidup kita. Yesus yang
  lahir ke dunia ini bukan sembarang manusia, Ia adalah Allah yang
  menjadi manusia. Tugas kedatangan-Nya ke dunia ini adalah
  menyelamatkan manusia. Ia harus menempuh kematian di atas kayu salib
  karena dosa-dosa kita, naik ke surga, dan menawarkan hidup kekal
  kepada kita yakni hidup bersama-sama Tuhan Yesus di surga untuk
  selama-lamanya. Suatu tawaran yang sangat berharga! Inilah makna
  Natal yang sejati. Apakah Anda sudah mengalaminya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar